Posted by: herrybudimandamanik | November 12, 2020

ESKATOLOGI

          Eskatologi

Pendahuluan.
Eskatologi, harus bisa melihat sebagai sebuah paham atau doktrin  yang integratif di seluruh bagian Alkitab, hal ini dikandung maksud agar konsep Eskatologi dapat dipahami secara tepat dan Alkitabiah; karena konsep Eskatologi sebenarnya adalah yang mendominasi isi Alkitab dan setiap bagian (kitab) memiliki keterkaitan erat satu dengan lainnya mulai dari kitab Kejadian hingga kitab Wahyu.

  1. Eskatologi yg telah ditegakkan.

Eskatologi adalah Doktrin Akhir zaman (berasal dari kata: Eschatos & logos); Eskatologi dalam Alkitab berisi hal-hal:

  1. Yang behubungan dengan individu yaitu Kematian fisik, kekekalan, intermediate state.
  2. Yang berhubungan dengan dunia secara keseluruhanya itu berita Kedatangan Kristus kedua kali, kebangkitan umum, penghakiman akhir dan kondisi akhir.

Sehingga Eskatologi harus selalu mengandung pengertian:”Eskatologi yg telah ditegakkan (inaugurated Eschatology) dan Eskatologi yang akan datang (Future Eschatology).

  1. Sifat Eskatologi Perjanjian Lama.

Eskatologi perjanjian Lama tidak bisa dipisahkan dengan konsep Eskatologi yang terdapat dalam kitab-2 Perjanjian baru; sehingga seseorang yang akan membicarakan Eskatologi harus memiliki pengertian  sercara komprehensif meliputi seluruh bagian Alkkitab yang tercantum pada Perjanjian Lama maupun Perjanjian baru, saling terikat satu dengan yang lain dan mempengaruhi; sehingga tidak dapat dipahami berdiri sendiri.

Meskipun jika diteliti dalam Perjanjian Lama sangatlah sedikit yang secara eksplisit menyentuh doktrin Eskatologis, namun sesungguhnya setiap bagian mengandung aspek Eskatologis; seperti dikemukakan Ladd: “Jelas sekali bahwa pengharapan bangsa Israel akan Kerajaan Allah adalah pengharapan Eskatologi,”

Dan  menurut T.C. Vriezen, mengatakan: “Eskatologi tak mungkin muncul dalam suatu masyarakat agama yg meragukan kepemimpinan Allah”. atau Berita utama baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru adalah Eskatologi.

Yang paling terkenal menunjuk pada Eskatologi dalam Perjanjian Lama adalah seperti dalam Kejadian 3 yang mengisahkan setelah kejatuhan manusia segera diikuti janji ALLAH akan datangnya Juru Selamat  (Kejadian 3:15); yang dapat disebut sebagai perjanjian induk dari Allah kepada manusia. Meskipun Allah tidak menjelaskan secara detail, siapakah yang akan menjadi Juruselamat itu; tapi esensinya keturunan manusia sebab manusia dianggap Allah merupakan sahabat-Nya.

Perjanjian Lama, dalam kisah adanya Kerajaan, mengenal 3 jabatan khusus, yaitu: Nabi, Imam dan Raja dan Juruselamat yang digambarkan dalam perjanjian lama semestinya akan sekaligus memiliki tiga jabatan itu dan bersifat kekal.  Pada bagian tertentu dalam Alkitab (Perjanjian Lama); Juruselamat digambarkan adalah kehadiran Allah sendiri  kepada umat-Nya  (Yes. 7:14; 9:5 ); namun demikian Juruselamat ini juga digambarkan sebagai hamba Tuhan yang menderita (Yes. 42: 1-4; 49:5-7; 52:13-15; 53); seperti tertulis” Dia tertikam oleh karena pembrontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh..

Dalam PL yang menggambarkan Allah sebagai Raja, dapat dijumpai pada Kitab Mazmur, kitab Nabi-Nabi  misalnya Yesaya, Yeremia dll; namun demikian karena keberdosaan umat-Nya, maka gambaran bahwa Allah yang akan memimpin/memerintah secara lanmgsung, tidak terwujud. Dalam sejarah bangsa Israel; oleh sebab itu harus dicari pemahaman lain dan jatuhlah pada suatu pemahaman bahwa pemerintahan Allah sepenuihnya akan terwujud, tidak untuk bangsa Israel saja, melainkan untuk seluruh umat manusia atau untuk seluruh bumi.

Dalam Perjanjian Lama mengandung konsep Eskatologi sebagai perjanjian (kovenan) baru sepeti tertulis: Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah Firman Tuhan, ”Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah kuadakan  dengan nenek moyang mereka pada waktu aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman Tuhan” (Yer. 31: 31-32; 33-34) pararel di Perjanjian Baru menunjuk pada Ibr. 8:8-13.

Dalam perspektif pembaruan, maka terkandung maksud Allah untuk membarui Israel, yang dinubuatkan oleh para nabi, yang memiliki muatan moral.

  1. Hakikat Eskatologi dalam Peerjanjian Baru.

Dalam Perjanjian lama, iman seseorang yang percaya berorientasi pada hal-hal  Eskatologis, yang menantikan kedatangan Juruselamat, yang akan membebaskan derita bangsa.; dan dalam perjanjian baru, terjadi beberapa hal yaitu: berkat yang dirasakan jauh lebih melimpah daripada Perjanjian Lama. Dan zaman penebusan sekarang  yang telah dimulai dengan kedatangan Yesus Kristus yang pertama akan diikuti oleh zaman lainnya  yang penuh dengan kemuliaan; dengan kata lain penubuatan dalam Perjanjian Lama telah digenapi dalam Perjanjian Baru, dengan kedatangan Kristus yang pertama di bumi. Dengan demikian Eskatologi Perjanjian Baru mengandung pengajaran peristiwa-2 yang telah terjadi dan sebagian  lagi belum terwujud. Karakter Eskatologis dalam perjanjian baru adalah  ketegangan antara “yang sudah & yg belum” atau “antara yang telah dinikmati orang percaya, dengan apa yang belum dimiliki/dinikmati.”

Beberapa hal menunjukkan bahwa Eskatologis telah dinubuatkan oleh  para nabi di PL telah digenapi, meskipun penggenapannya yang final belum tampak, dan baru terjadi untuk waktu yang akan datang. Misal: Kelahiran Yesus Kristus melalui perawan Maria, merupakan penggenapan nubuat  nabi Yesaya sedang dalam perjanjian baru, kita menjumpai bahwa realisasi nubuat tentang peristiwa besar Eskatologis dalam Perjanjian lama telah terjadi.

Istilah lain yang perlu diperhatikan adalah: “ets to dienekes”; yang menyiratkan bahwa pengorbanan Yesus Kristus adalah puncak atau terakhir/final; karena apa yang pernah dijanjikan Allah melalui nabi-nabi Perjanjian Lama telah digenapi-Nya. Bahkan dalam setiap karya-Nya, Yesus selalu menekankan bahwa dengan kehadiran-Nya di dunia ini, nyatalah Kerajaan Allah  atau Kerajaan Sorga sudah dekat.  Demikianpun kelanjutan pengajaran yang dilakukan oleh para murid-Nya, Rasul Petrus pada hari Pentakosta, bahwa saat ini manusia hidup dalam hari-hari terakhir, (en tais eschatais hemerais = setelah itu /ibrani). Juga Rasul Paulus, menjelaskan bahwa kedatangan Kristus dibumi adalah menyiratkan pemenuhan atau sebuah penggenapan nubuat perjanjian lama artinya era perjanjian baru adalah penggenapan yang dinubuatkan dalam perjanjian lama.

Surat Ibrani memiliki pemikiran  bahwa Kristus jauh diatas para imam dalam mencurahkan darah, karena IA hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya untuk menghapuskan dosa oleh pengorbanan-Nya. Surat Yohanes juga menjelaskan pengertian bahwa Perjanjian Baru merupakan masa penggenapan Eskatologis, meskipun Yohanes memakai “waktu yang terakhir” (1Yoh.2:18). Perjanjian Baru selalu memaknai Eskatologi dalam dwi sifat, yaitu sebagai: “telah ditegakkan (sekarang) dan yang akan datang (masih banyak belum terwujud)”.    Untuk mencari bukti bahwa para penulis perjanjian baru menyatakan hidup di hari-hari akhir juga berbicara tentang zaman yang akan datang, sebagai ekspresi  penggambaran masa /zaman yang akan datang  atau dunia yang lain. (Mat. 12:32; Luk. 18:30).

Yesus dalam pengajaran-Nya sering mengkontraskan pengertian dunia saat ini dengan yang akan datang, misalnya paradok dalam keadaan kehidupan manusia zaman ini, yaitu penyebutan-Nya, pada masa kini orang kawin dan dikawinkan, tapi pada masa akan datang sesudah manusia hidup/dibangkitkan, maka hal itu tidak ada lagi; atau dalam istilah lain, seperti adanya keampunan dalam anak manusia, tapi tidak ada pengampunan jika menentang roh kudus.

Hari hari terakhir / the last days, menunjuk pada masa kini tapi  akhir zaman the last day dalam arti tunggal. Menunjuk suatu zaman  yang akan datang atau penghakiman atau hari kebangkitan. Ada contoh yang perlu direnungkan dari Yesus kristus yang berbicara masalah the last day  (Yoh. 6:39).    Ilustrasi sederhana yang menggambarkan Eskatologi, dalam Perjanjian baru, yang mengandung aspek berada dalam hari hari terakhir dan kepada kesudahan zaman sebagaimana di bawah ini.:

Penciptaan / Z. PL / Kristus (I) z. Skrg / hari2 terakhir Kristus (II)  / Z.YAD / Akhir Zm. 

Dengan gambaran seperti diatas, bahwa Perjanjian baru  mengatakan adanya kepastian kedatangan Kristus yang kedua kali, juga sebagai penggenapan kedatangan-Nya kali pertama, dan merupakan penggenapan anugerah keselamatan bagi yang menantikannya. Untuk pada masa kini seperti dikemukakan oleh GC. Berkouwer: “…janji tentang zaman yang akan datang secara tak terpisahkan berkaitan dengan peristiwa-peristiwa di masa lampau. Pengharapan Kristiani sama sekali bukan dalam pengertian bahwa ‘benih-benih dari zaman yang akan datang itu tumbuh di masa sekarang ini’.    Pengharapan itu adalah sesuatu yang sepenuhnya ditentukan oleh relasi yang unik antara apa yang akan datang dan apa yang telah terjadi di waktu lampau. Dengan  pengertian sebagaimana diuraikan diatas, maka Eskatologi dalam Perjanjian baru memiliki 3 aspek pengertian yaitu:

  1. Peristiwa besar Eskatologis yang dinubuatkan di dalam perjanjian lama telah tergenapi.
  2. Adanya dua tahap yang terkandung dalam Eskatologi, tahap zaman sekarang dan zaman yang akan datang dan
  3. Hubungan antara tahap a dan b yaitu bermakna berkat-berkat di zaman sekarang merupakan janji sekaligus jaminan bagi berkat-berkat lebih besar di zaman yang akan datang.
  1. Memberi Arti pada Sejarah.

Terjadinya berbagai peristiwa perang, entah itu perang dunia ( I & II), atau perang besar/ kecil yang lainnya, adalah suatu bentuk kekhawatiran terhadap sesama tentang masa depan dan tujuan hidup yang bertentangan dengan keinginan kita sendiri.  Gereja Kristus seharusnyalah memiliki jawaban tentang arti sejarah tersebut.  Sayangnya para teolog selama berabad-abad tidak mengenali sumber penyingkapan sejarah sebagaimana dalam Alkitab,  akibatnya hingga sekarang ini / abad 20, Gereja secara rohani tidak dapat /sanggup menghadapi berbagai perubahan yang begitu cepat dalam dunia ini, karena Gereja belum mampu membebaskan diri memberi pengertian sejarah dalam sudut pandang pemerintahan Kristus, sehingga tetap melihat perkembangan dunia ini tetap dalam kacamata sekuler. Gereja merasa ketakutan dengan hal-hal duniawi, namun cara membebaskan ketakutan itu-pun lebih sering menggunakan cara-cara duniawi; tapi seharusnya dengan melihat aspek Eskatologi dalam terang Kristus, Gereja harus hidup dan berkarya di dalam dunia ini menjadi semakin baik, dengan landasan berfikir dan anggapan bahwa untuk masa kinipun pemerintahan Kristus sudah berlangsung.

Dalam memperbandingkan penafsiran sejarah; perlu diteliti/telaah kembali pengertian sejarah ala Yunani kuno; yang menganggap bahwa sejarah adalah suatu konsep lingkaran/melingkar, terus menerus berlangsung dalam penekanan akan terulangnya kembali suatu masa tertentu sebagai suatu zaman keemasan peradaban manusia, jika hal demikian dianggap sebagai suatu kepastian maka sejarah akan kehilangan maknanya sendisi karena apa yang dilakukan saat ini, akan dilakukan kembali untuk saat yang akan datang dalam kehidupan manusia tanpa memberikan suatu penambahan penekanan akan ada titik tertentu sebagai perubahan yang berarti.  Sehingga orang-orang Yunani kuno tidak bisa memandang sejarah sebagai mengarah pada suatu tujuan tertentu atau sasaran tertentu, dengan pengertian ini berarti orang akan meragukan adanya keselamatan, karena waktu tidak bergerak menuju suatu garis dari titik awal ke pada titik akhir, tapi tetap melingkar, dari awal kembali ke awal bagaikan sebiauh roda (lingkaran); dan hal ini menyebabkan konsep keselamatan hanya dari ilahi adalah suatu kemustahilan dalam sejarah manusia.

Pandangan lain, adalah dari eksistensialis ateis; Sejarah sama sekali tidak memiliki makna, karena sejarah hanya dianggap sebagai suatu pergantian dari satu peristiwa ke peristiwa tertentu yang lain; sehingga manusia harus berfikir secara individualis, harus berjuang sendiri di dunia ini untuk menemukan jalan hidupnya sendiri bahkan menentukannya. Kedua pandangan ini, baik helenisme maupun eksistensialis ateistis tidak sejalan dengan konsep yang diusung oleh kekristenan. Kekristenan melihat makna penting dalam sejarah tanpa menyangkali arti penting keindividuan atau keputusan pribadi, karena meskipun Allah sedang mengerjakan rencana-Nya, tapi orang tertentu dapat memberontak atau bahkan berusaha menggagalkan rencannya, dapat melakukan kemauannya sekehendak hatinya dan hidup hanya memikirkan untuk kepentingannya sendiri, meskipun sesungguhnya dalam situasi apapun, Allah-lah tetap sebagai penguasa sejarah.

Ciri utama penafsiran Kristen tentang sejarah adalah:

  1. Sejarah merupakan perwujudan rencana Allah,  dalam pengertian sejarah kudus atau sejarah suci, atau sejarah penebusan Allah atas umat-Nya melalui Yesus Kristus, penebusan yang berakar dalam perjanjian lama (peristiwa dan nubuatan) karena sesungguhnya sejarah suci ini sudah disingkapkan oleh Allah sebelum kitab suci (Alkitab) disusun secara sistimatis seperti saat ini; messkipun banyak peristiwa yang diungkapkan pada masa perjanjian lama, namun sangatlah perlu direnungkan untuk dapat dipahami, tidak dengan serta merta mudah dicerna, tetap saja pada hakekatnya manusia harus membutuhkan firman Allah atau penyertaan Allah untuk dapat memahaminya, penafsiran harus tetap diinspirasikan Allah sehingga memiliki makna ilahi. Karena Allah selalu mewahyukan sesuatu tidak hanya sebatas melalui kata-kata tapi juga disertai dengan tindakan langsung-Nya.
  2. Allah adalah Tuhan atas sejarah,  perlu disadari bahwa Kerajaan Allah-lah yang memerintah atas segala sesuatu. (Maz. 103:19; 103:19 TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu.).  demikianpun dalam perjanjian baru Allah ternyata juga memenuhi segala sesuatu  menurut kehendak-Nya yang bijaksana (Efesus. 1:11) Aku katakan “di dalam Kristus”, karena di dalam Dia-lah kami mendapat bagian yang dijanjikan — kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya –

Dengan demikian dapat diartikan bahwa Allah adalah Raja, Raja yang bertindak dalam sejarah manusia dan membawa sejarah  pada suatu tujuan pasti yang telah DIA tetapkan sendiri. Dengan masih memberikan kebebasan kepada manusia untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab atas setiap keputusan yg diambil tetaplah dipertahankan keberadaannya, sehingga dalam perbuatan jahat manusia-pun Allah tetap berkuasa dan sanggup mengarahkan untuk melayani rencana-Nya; seperti diilustrasikan dalam Perjanjian Lama, peristiwa Yusuf; dalam keterpurukan karena perbuatan saudara-saudaranya, ternyata Yusuf ini tetap dijadikan Allah dan dipakai Tuhan untuk menyelamatkan bangsa-bangsa, tidak hanya Israel saja; (Kej. 50:20).  Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.  Dan paralel dengan peristiwa Yusuf dalam perjanjian baru-pun dapat dihayati peristiwa  penyaliban Kristus itu sendiri, yang menunjukkan bahwa, keselamatan itu tidak hanya diperuntukkan bagi Israel saja, tapi terbuka untuk seluruh bangsa, tentunya bagi yang mau menerima-Nya; inilah peristiwa luar biasa/spektakuler sepanjang segala jaman yang terjadi bagi umat manusia, bahwa Allah atau kedaulatan Allah-lah meskipun melalui peristiwa paling terkutuk tetap menjadi inti sejarah penebusan dan sumber berkat dari Allah bagi umat manusia; dengan demikian dapat dipahami bahwa segala kemegahan dan keruntuhan yang dialami oleh berbagai bangsa adalah tetap dalam kuasa dan kehendak Allah, IA memakai sesuai keinginan hati-Nya untuk rencana-Nya yang kekal, dan berlaku pula secara pribadi-pribadi atau individual manusia; dengan memahami bahwa Allah adalah Tuhan atas sejarah, maka sejarah memiliki makna dan arah yang pasti,  dan kepastian Allah adalah Tuhan sejarah hal mana DIA wahyukan dan telah digenapi dan dengan janji kedatangan Tuhan/Kristus yang kedua kali, sebagai rencana-Nya yang Kekal; untuk akhir zaman.

Pemahaman tentang Kristus:

  1. Kristus sebagai pusat sejarah.

Kedatangan Kristus merupakan karakteristik unik dalam kekristenan, yang tidak akan berulang namun menjadi focus utama sejarah dunia/manusia. dengan kedatangan Kristus, memiliki dampak dan menetapkan system penanggalan dunia; dan dampak teologisnya menurut Oscar Cullmann, sebagai berikut: “…Hal yang penting dan menarik secara teologis bukan terletak pada fakta bahwa pada masa Dionysius Exiguus, kelahiran Kristsus ditetapkan sebagai patokan penanggalan….”; Hal yang lebih penting ialah fakta penerimaan penanggalan sebelum dan sesudah kelahiran Kristus, yang telah menjadi pola umum di dalam dua abad terakhir.  Ketika hal ini dilaksanakan maka kelahiran Kristus telah dianggap sebagai titik pusat seluruh proses sejarah, lebih lanjut Cullman memberikan pendapatnya dengan istilah “D-day dan V-day”, kedatangan Kristus yang pertama adalah sebagai D-day, sebagai peperangan yang menentukan telah berlangsung; artinya jika Kristus datang kedua kali, maka akan terjadi V-day sebagai penaklukan musuh sepenuhnya, hingga takluk dan tunduk, penaklukan ini menuju pada dikalahkannya iblis; dengan demikian Kristus telah menancapkan berita yang menetukan bagi sejarah umat manusia.           Alkitab mengajar pada manusia supaya memahami sejarah yg berpusatkan pada Yesus Kristus,  Kristus menjadi pendamaian dunia dengan diri-Nya sendiri dan di dalam Kristuslah, Allah telah mematahkan kuasa maut atas manusia.. dan sentralitas Kristus dalam sejarah itu simbolisnya digambarkan dalam KItab Wahyu (utamanya dalam pasal lima); hanya anak domba Allah yang sanggup mengambil gulungan kitab dan membuka ketujuh meterainya.

  1. Zaman baru telah dimulai, Bukti Alkitab yang menguraikan kebenaran bahwa orang-orang percaya saat ini hidup di hari-hari akhir atau zaman akhir; diilustrasikan pada Yohanes Pembaptis; sebagai nabi terakhir yang mempersiapkan jalan kedatangan Kristus. Juga Rasul Paulus, yang memaknai Kristus sebagai membawa ke dalam sebuah zaman baru; seperti diuraikan dalam Kol. 1:13 bahwa: Allah ‘telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih’.   Melalui iman kepada Kristus, manusia yang percaya  telah berada di dalam zaman baru, lebih lanjut melalui pemahaman ini, Rasul Paulus menasehati agar manusia tidak menjadi: serupa dengan dunia atau zaman ini melainkan berubah melalui pembaruan budi, pemaknaannya harus sangat serius, bukan hanya dalam aspek psikologis pada diri manusia, tapi sebuah perbandingan gaya hidup, agar dapat dibedakan antara: manusia lama dan manusia baru, manusia lama sebagai budak dosa, tapi manusia baru dibebaskan dari perbudakan dosa dan secara bebas dapat hidup memuliakan Allah, tentunya dalam pengertian sesuai kehendak Yesus Kristus.

Meskipun perlu disadari tidak semua orang mau memandang kebenaran dalam Kristus, namun setidaknya tidak bisa dipungkiri bahwa melalui kehadiran Kristus dibumi ini, disalibkan, mati  dan  bangkit adalah suatu realitas nyata yang tidak bisa dipungkiri sebagai tonggak tegaknya zaman baru; dengan demikian faktanya bahwa Kristus telah membawa zaman baru, yaitu zaman kerajaan Allah. Dengan kematian dan kebangkitan Kristus merupakan perubahan radikal zaman, dari keadaan sebelum kedatangan-Nya  berubah menuju satu titik focus kepada kebangkitan-Nya.

  1. Seluruh sejarah bergerak menuju sebuah sasaran, langit dan bumi yang baru.

Zaman baru terus bergerak pada satu titik tertentu sebagai satu arah yang pasti yang ditentukan oleh Allah; hal ini bisa dipahami dari sumbangsih para nabi yang menubuatkannya dalam Perjanjian Lama. Disamping para nabi di perjanjian lama, maka perjanjian baru memahami sejarah kaearah satu tujuan yang pasti, meskipun dalam dua tahap dalam Eskatologis, yaitu ; “mesianis yang pada masa sekarang pernah hadir dan yang akan hadir kembali masa yang akan datang”, atau dengan lain perkataan bahwa Kerajaan Allah telah ditegakkan di bumi ini, tapi belum semuanya digenapi-Nya; dengan demikian orang-orang percaya yang hidup dalam perjanjian baru sedang bergerak ke penggenapan akhir yang berfokus pada dimulainya kedatangan-Nya yang kedua kali, yakni kebangkitan umum pada seluruh manusia, penghakiman akhir serta adanya langit dan bumi baru yang akan didiami oleh orang-orang percaya; artinya sejarah manusia sedang bergerak pada suatu arah tertentu kearah puncak penggenapan Kristus; sebagai pembaruan seluruh ciptaan-Nya  seperti diakui juga oleh Herman Ridderboss: bahwa Penebusan yang dilakukan Kristus, “…adalah sebuah drama ilahi yang mencakup  segala seuatu…bukan hanya manusia berdosa dan kondisi terhilang, melainkan juga kaitannya dengan Sorga dan Bumi, para Malaikat dan Iblis”,  dengan tujuan  yaitu membawa seluruh ciptaan kembali berada di bawah dominasi dan kekuasaan Allah sepenuhnya.

Dampak konsep sejarah dalam pengertian Kristen terhadap dunia ini:

  1. Ciri utama aktivitas pada zaman sekarang ini adalah misi, yaitu kabar baik harus diberitakan ke segenap penjuru supaya semua orang bertobat dan tidak ada satupun yang di binasakan Allah.
  2. Kita terus hidup di dalam ketegangan antara yang telah tergenapi  dan yang belum artinya meskipun orang percaya telah menikmati berkat-berkat dari zaman yang akan datang, tapi belum sepenuhnya bebas dari dosa, penderitaan dan kematian..
  3. Adanya dua garis perkembangan sejarah; adanya perkembangan dua kerajaan dalam dunia ini, disamping perkembangan Kerajaan Allah, ternyata juga berkembang kerajaan Iblis. Artinya hingga pada akhir zaman, perkembangan kerjaan Allah dibumi ini akan selalu berdampingan dengan berkembangnya kerajaan iblis; dan paham ini harus diyakini terus berlangsung dan tidak bisa ditiadakan salah satunya sebelum akhir zaman terlaksana/tergenapi. Yang pada akhirnya kerajaan iblis akan dikalahkan atau disingkirkan oleh Kristus tapi pada masa kini tetap akan ada bahkan berkembang.
  4. Semua penilaian sejarah kita bersifat sementara; pandangan ini mengusung relativitas penilaian akan sejarah, tidak ada satupun peristiwa sejarah dapat dikatakan secara mutlah adalah baik atau buruk, tapi fenomena baik dan buruk akan terus berlangsung; tapi dalam penilaian tetap harus dilakukan sungguhpun penilaian itu bisa jadi tidak tepat.
  5. Pengertian Kristen tentang sejarah pada hakikatnya bersifat optimistis; artinya hasil akhir dari sejarah hendak mengatakan pada suatu yang bukan mengandung kejahatan, tapi kebaikan yaitu bahwa rencana Allah atas penebusan seluruh ciptaan-Nya pada akhirnya akan diwujudkan-Nya, meskipun fenomena kejahatan sering lebih unggul dari kebaikan dan akan selalu lebih nampak unggul tapi Allah-lah tetap yang berkuasa.
  6. Antara Zaman sekarang dan zaman yad, ada hal-hal yang berkesinambungan. Alkitab mengajarkan bahwa antara zaman sekarang dengan zaman yang akan datang, akan ada hal-hal yang berlanjut, seperti digambarkan pada  2 Kor 5:17 yang menerangkan bahwa seseorang yang telah berada di dalam Kristus adalah menggambarkan telah menjadi ciptaan baru.
  1. Kerajaan Allah

Kitab Daniel merupakan rujukan dalam PL yang dinantikan oleh bangsa Israel tentang hadirnya/adanya Kerajaan Allah, teolog terkemuka Ladd; mengatakan: ‘Oleh karena misi Yesus di bumi dipandang dari Perjanjian baru merupakan penggenapan janji di dalam Perjanjian Lama, maka seluruh berita Kerajaan Allah yang diwujud nyatakan dalam tindakan dan kata-kata Yesus sepantasnya masuk ke dalam kategori Eskatologis; sebab itu ada yang beranggapan bahwa Kerajaan Allah sudah hadir saat ini (Geerhardus Vos & Oscar Cullmann) namun juga masih akan datang di masa depan. Jika Yohannes Pembaptis berseru supaya orang-orang bertobat karena Kerajaan Sorga sudah dekat (Mat.3:2); lebih lanjut Yesus sendiri menyatakan juga supaya manusia: bertobat dan percaya kepada Injil (maksudnya adalah menunjuk pada diri-Nya) bahwa Waktunya telah genap dengan kehadiran diriNya di bumi; dan kerajaan Allah yaitu telah digenapi-Nya melalui berbagai tindakan Yesus sendiri seperti: Pewartaan Kabar Baik utk org miskin, pembebasan yang tertawan, menghidupkan org mati dll; ini adalah kejadian baru dalam sejarah, bukan hanya berupa ide atau janji tapi adalah tindakan Allah yang nyata;

Sebab, Kehadiran Kerajaan Allah tidak pernah terlepas dari pribadi Yesus Kristus; karena banyak dinyatakan atau diidentikkan bahwa Kerajaan Allah itu adalah Kristus sendiri (Mat. 19:27).   Bagaimana seharusnya mendifinisikan kerajaan Allah ?;  pendefinisian secara ekplisit sangatlah sulit dilakukan, meskipun bisa digambarkan dengan tanda atau istilah tertentu seperti: Kerajaan Allah adalah soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus; namun belum memadai untuk mengungkapkan Kerajaan Allah, setelah melalui pemahaman secara menyeluruh di dalam kitab sinoptik, maka Kerajaan Allah dapat disama-dengankan dengan ‘Pemerintahan Allah’; tanpa mengkaitkan suatu wilayah tertentu tapi lebih kepada seluruh dunia; bukan suatu wilayah atau suatu entitas yang sifatnya statis, namun lebih mengacu pada tindakan Allah sebagai Raja yang memerintah baik di bumi maupun di Sorga; sehingga menegakkan langit dan bumi yang baru atau zaman baru manusia; dimana Allah adalah Raja dan bertindak di dalam sejarah untuk membawa sejarah menuju tujuan ilahi-Nya.  Dengan demikian Kerajaan Allah tidaklah mungkin ditegakkan atau diusahakan oleh manusia, tapi kehadiran kerajaan ini harus dipahami hanya sebagai anugerah dari Allah, Allah-lah yang bertindak dengan kehendak atau keinginan-Nya sendiri untuk menghadirkan kerjaann-Nya dengan masuknya Allah kedalam sejarah umat manusia supaya dapat menetapkan dan melaksanakan segala rencana-Nya. Lalu tanda-tanda Kerajaan Allah itu apa/bagaimana ?; meliputi:

  1. Pengusiran roh jahat dari dalam manusia melalui kuasa Roh Allah.
  2. Kejatuhan iblis dalam nama Yesus Kristus, hal ini ditunjukkan oleh para murid-Nya (70 org) yang telah menyaksikan secara langsung pengusiran setan. (Luk. 10:18). Dalam arti kata lain, bahwa Kerajaan Allah telah masuk kedunia ini melalui pelayanan para murid-murid-Nya yang berkarya misi menyebarkan kabar baik dalam nama-Nya.
  3. Mujizat yang dilakukan oleh Yesus maupun para murid-Nya; meskipun tanda ini sangatlah terbatas dan belum sepenuhnya merupakan penggenapan akan hadirnya kerajaan Allah.
  4. Pemberitaan Injil; dengan diberitakan Injil mengandung maksud adanya keselamatan bagi setiap orang yang percaya kepada Injil, dan ini jauh lebih penting karena menyelamatkan (jiwa) manusia; ‘karena manusia harus bersukacita sebab: ‘namamu ada terdaftar di Sorga (Luk 10:20).
  5. Pengampunan Dosa; melalui kehadiran Yesus, maka pengampunan dosa telah berlaku secara langsung, dimana Yesus sendiri berkali-kali menyatakan IA mampu dan berhak mengampuni dosa manusia; “di dunia ini anak manusia berkuasa mengampuni dosa” (Mrk. 2:10).
  6. Melalui berbagai perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus; seperti: harta terpendam; menjadi seperti anak kecil dll.
  1. Roh Kudus dan Eskatologi

Menurut kesaksian yang tertulis dalam Alkitab, orang-orang percaya  (dalam PL) telah menikmati hak istimewa dan berkat-berkat di dalam zaman tersebut, namun mereka masih menantikan penggenapan sepenuhnya janji Allah tentang Kerajaan Allah, sehingga akan menikmati berkat rohani seutuhnya. Eskatologi dalam perjanjian Lama yang mengkait dengan peran Roh Kudus dapat diketahui dari:

  1. tindakan Roh Kudus yang akan mendahului zaman akhir (melalui pemberitaan oleh nabi Yoel; yang dikutip juga oleh Rasul Petrus dalam khotbahnya pada hari Pentakosta.
  2. Roh Kudus akan mendiami tubuh jasmani Juru selamat, dengan menunjukkan karunia-karunia kemampuan yang jauh melampaui kemampuan manusia biasa; secara permanen akan diam di dalam Mesias.
  3. Roh Kudus akan muncul sebagai sumber kehidupan baru; (Yes. 44:2b-4)

Sedangkan dalam Perjanjian Baru, dapat dipahami melalui penyingkapan langsung oleh Tuhan Yesus Kristus, dalam Lukas 4:17-19; Yesus menerapkan kepada diri-Nya sendiri penggenapan nas pada Yesaya 61; atau dalam Matius 12:28, melalui pemahaman ini pula dapat diartikan bahwa Yesus sendiri bisa mencurahkan roh Kudus-Nya kepada umat-Nya.

Pencurahan Roh Kudus telah berlangsung, dimulai dari peristiwa Pentakosta; yang juga merupakan babak awal adanya Gereja dan mengisyaratkan bahwa zaman baru telah dimulai. Roh kudus bukan sekarang ini saja tinggal di dalam diri setiap orang percaya, tetapi lebih daripada itu, Ia juga bekerja dalam setiap aspek kehidupan keagamaan dan moral, dengan demikian Roh kudus memiliki makna bahwa masa depan itu telah menembus ke dalam masa sekarang, sehingga segala kuasa, hak-hak dan berkat-berkat khusus milik zaman yang akan datang, telah diberikan kepada kita melalui Roh Kudus; dan seorang yg telah menerima Roh kudus maka ia telah mengambil bagian dalam pola kehidupan baru yang terkait dengan zaman yang akan datang, bahkan sekarang ini ia telah menjadi milik ‘kuasa zaman yang akan datang’; yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Setiap orang yang menerima Roh Kudus diubah atau diberi status baru sebagai anak, anak Allah ini mengindikasikan bahwa ia menjadi milik Allah atau telah dipilih oleh Allah; sehingga relasi antara manusia dengan Allah begitu dekat dan memampukan anak ini memanggil Allah dalam sebutan: “ya Abba, ya Bapa”; artinya bahwa Allah adalah Bapa manusia atau yang menciptakan adalah Bapanya yang di ciptakan.

Karena relasi yang begitu dekat ini, dapat diartikan juga memiliki makna Eskatologis; meskipun saat ini sudah menerima berkat-berkat-Nya tapi masih belum sempurna dan akan menjadi sempurna pada saat kedatangan-Nya yang kedua. Status anak  adalah ahli waris meskipun masih merupakan obyek pengharapan, namun menjadi jaminan bahwa yang memiliki Roh Kudus adalah sebagai anak-anak Allah yang sejati di dalam Kristus.

Buah sulung, merupakan konsep Alkitabiah dalam peran Roh Kudus, menunjuk pada pribadi Yesus Kristus,  dalam perspektif dunia yang menghasilkan olahan seperti ternak atau tanaman, maka buah sulung adalah hasil panen pertama; demikianpun Yesus Kristus atau Roh Kudus adalah hasil pananen pertama; hanya harus dipahami bahwa yang memberikan buah sulung itu adalah Allah sendiri, bukan keinginan manusia. Oleh karena itu pemberian Roh Kudus bagi orang-orang percaya adalah tanda awal bagi banyak hal mulia yang akan datang; sebagai panen yang sepenuhnya. Peran Roh kudus, juga menunjuk pada jaminan bagi berkat-berkat yang masih dinantikan,  Roh Kudus adalah jaminan janji-janji Allah kepada manusia, karena suatu hari kelak orang percaya pasti akan masuk ke dalam keberadaan sorgawi, sebagai tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

Roh kudus juga disebut sebagai meterai, dimeteraikan dengan Roh (2 Kor, 1:22; Efesus 1:13).Allah memberikan tanda dengan Roh Kudusnya sebagai sebuah jaminan bahwa seluruh janji Allah kepada orang percaya akan dipenuhi; meterai atau tanda ini juga sebagai jaminan milik Allah. Dengan bermeteraikan Roh Kudus mengandung pengertian Eskatologis, sebab orang percaya telah menjadi milik Allah; menjadi anak Allah; meterai ini menandakan adanya kepastian untuk masa yang akan datang dalam pewaris rohani dalam Yesus Kristus.  Roh Kudus  menjelaskan tentang kebangkitan tubuh, diyakini oleh para Rasul, bahwa Allah Bapa telah membangkitkan Yesus Kristus melalui Roh Kudus; kekudusan Kristus dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa; adanya peran aktif Roh Kudus di dalam kebangkitan Kristus dinyatakan dalam Rm.8:11 melalui ini, ditegaskan bahwa yang akan membangkitkan orang percaya pada saatnya adalah Roh Kudus, sebagaimana IA berperan aktif membangkitkan Kristus; untuk diberi tubuh kemuliaan seperti yang dimiliki Kristus. Peran aktif Roh Kudus dalam kebangkitan tubuh menopang dan memimpin tubuh kebangkitan; saat ini dalam orang percaya sedang terjadi proses pembaruan dalam kaitannya menantikan kebangkitan tubuh, dengan lain kata Roh Kudus merupakan penghubung antara tubuh sekarang dengan tubuh kebangkitan; sebagai pemenuhan berkat-berkat yang utuh dari Kerajaan Allah.

  1. Ketegangan antara yang sudah dan yang belum terjadi

Peran Roh Kudus memberi gambaran adanya ketegangan antara siapa orang percaya saat ini dan apa yang akan terjadi di masa datang; ketegangan ini tidak mungkin melepaskan seorang percaya memahami Eskatologis pada Perjanjian baru. Kristus menyatakan bahwa Kerajaan Allah itu telah tiba tapi juga masih akan tiba (akan datang) dan hidup kekal telah menjadi milik orang percaya saat ini, namun juga masih menjadi pengharapan di masa yang akan datang, ketegangan ini juga banyak dituliskan dalam surat-surat para Rasul; seperti dalam Ibrani; yang melukiskan kedatangan Kristus yang pertama dan ke dua dalam pasal 9:28. dan berdampak pada pemikiran orang percaya seperti:

  1. tanda-tanda zaman, merupakan tanda atau adanya peristiwa tertentu yang akan menunjukkan kedatangan Kristus ke dua kali, misalnya disamping terjadi pekabaran Injil dan pertobatan Istrael, tapi juga akan terjadi penghujatan rohani, penganiayaan yang dialami orang-orang percaya dan munculnya antikristus yang terang-terangan.
  2. Gereja terlibat atau turut ambil bagian di dalam ketegangan ini, Gereja merupakan persekutuan orang percaya, tapi berisi orang yang sudah dan yang belum lahir baru atau sudah lahir baru tapi belum sempurna, dimana perbedaan tidak boleh diabaikan sehingga tetap diperlukan bimbingan pastoral, disiplin Gereja dalam melayani; jika didapati orang-orang yang melakukan pelanggaran maka yang rohani harus memimpin ke jalan yang benar, kermbali dalam Alkitab dengan lemah lembut supaya pembimbing sendiri jangan sampai jatuh dalam pencobaan.
  3. Hidup yang bertanggung jawab; perghumulan dosa tetap berlangsung, meskipun pada orang yang sudah lahir baru selama menjalani kehidupan di dunia ini; namun dengan optimis harus dihadapi oleh orang percaya bahwa pergumulan ini akan dimenangkannya, karena hanya dalam Kristuslah kuasa iblis telah dipatahkan.
  4. Citra diri yang terus dibangun dan dipertahankan, meskipun sudah masuk dalam suasana percaya tapi manusia baru yang saat ini dikenakan adalah belum sempurna, tapi bukan karena belum sempurna lalu orang percaya yang telah memiliki harapan pasti dapat melupakan yang sudah didapatnya, malahan justru harus memeliharanya supaya diperbaharui oleh Roh Kudus secara progresif hingga layak oleh Tuhan.
  5. Penderitaan, akibat dosa belumlah dihapuskan semuanya pada orang-orang percaya, sehingga mereka masih hidup dalam penderitaan, karena memang demikianlah yang seharusnya terjadi bahwa orang-orang percaya yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah harus mengalami sengsara (Kis. 14:22);  kesengsaraan mengkait dengan kemuliaan yang akan diberikan oleh-Nya, dan sebagai ujian seolah-olah ada yang luar biasa, tapi sebaliknya harus bertahan dan bersukacita dalam Kristus. Penderitaan harus dilihat dalam sudut akhir zaman, yaitu Allah akan menghapuskan  air mata serta tidak ada lagi kematian atau penderitaan; sementara belum digenapi oleh Allah, maka Allah masih mengijinkan adanya penderitaan yang harus dialami orang-orang percaya.
  6. Sikap terhadap kebudayaan, ada yang bersikap menolak dan ada yang bersikap masih mempertahankan kebudayaan oleh beberapa kelompok Kristen,  namun ada anggapan bahwa relasi orang Kristen dalam dunia ini akan sedemikian lain  atau berbeda seolah tidak ada kesinambungan; padahal pandangan ini tidak sejalan dengan berita Alkitab; Alkitab sendiri menekankan adanya kesinambungan antara dunia saat ini dengan yang akan datang, namun telah terjadi pemisahan yang tetap antara orang percaya dengan yang tidak percaya; anugerah yang diberikan Tuhan adalah memperbaharui yang sudah ada dan bukan meniadakan (memusnahkan); sehingga pembaharuan adalah untuk mencapai kesempurnaan sesuai yang direncanakan atau dikehendaki-Nya; yaitu dalam keadaan sempurna.   Lalu kondisi dari yang tidak percaya akan bagaimana ?, pertanyaan ini sulit, namun perlu diuraikan jawabannya, bahwa orang percaya tidak boleh menganggap produk orang tidak percaya tidak memiliki nilai sekalipun,  karena tetaplah orang percaya memperhatikan adanya anugerah umum Allah, dimana orang yang tidak lahir baru (orang percaya) pun bisa menyumbangkan nilai baik untuk kebudayaan; karena orang yang tidak percaya bisa juga dipakai oleh Roh Kudus untuk menyatakan kebenaran; karena begitu besar akan kuasa-Nya maka Kristus berkuasa atas sejarah, Ia bisa menggerakkan hati orang tidak percaya untuk melakukan sesuatu demi kemuliaan-Nya semata tanpa orang itu menyadari, yang terpenting harus dilakukan oleh orang percaya adalah mengevaluasi kebudayaan yang ada supaya dapat digunakan sesuai dengan terang Firman Allah,  terlebih lagi orang percaya memang dituntut untuk menegakkan kebudayaan Kristen  yang mencapai suatu konndisi menjadi berkat bagi orang belum percaya.

Bagian 2 Eskatologi Yang Akan Datang

Eskatologi yang akan datang dibagi dalam 2 hal yaitu:

  1. Eskatologi Pribadi
  2. Eskatologi Kosmis

Kedua hal ini menyangkut: Parousia (kedatangan Kristus yang kedua kalinya), tanda-tanda akhir zaman, kerajaan seribu tahun (milenium), kebangkitan tubuh, penghakiman akhir dan tahap kemuliaan kekal.

  1. Kematian fisik.

Ada pendapat yang menyatakan demikian: apakah kematian terjadi karena dosa atau kematian tetap ada sekalipun tiada dosa ?.

Keterkaitan kematian, dosa dan penebusan dalam kehidupan manusia tidak bisa di anggap sebagai hal sama dengan kejadian kematian yang dialami oleh hewan atau tumbuhan, karna tidak mustahil kematian hewan dan tumbuhan yang telah ada sebelum manusia jatuh dalam dosa, hal ini bisa dilihat atau dianalisa dengan diketemukannya fosil binatang atau tumbuhan yang telah punah ribuan bahkan jutaan tahun  yang diperkiraan ada sebelum adanya manusia di bumi ini; sehingga dapat diasumsikan atau dianggap benar bahwa untuk binatang dan tumbuhan telah ada kematian atau kematian bukan sesuatu aspek yang aneh dan tak terhindarkan atau kematian terjadi karena sudah semestinya hal itu berlangsung; pun demikian akan halnya adanya binatang memangsa binatang lain, atau bunuih membunuhpun adalah hal biasa dalam dunia perbinatangan/perhewanan; dengan anggapan bahwa keadaan dunia saat ini adalah sama dalam segala kondisi dan situasinya dengan kondisi sebelum kejatuhan, sehingga kematian bukanlah suatu kemustahilan.

Dilingkungan Teolog (Katolik & Protestan); masih tetap terjadi pendapat pro & kontra; dalam mengganggap bahwa kematian adalah akibat dosa; misal: Pelagius, mengakui bahwa kematian terjadi akibat dosa Adam; tapi Celestius berpendapat bahwa kematian adalah kondisi yang melekat pada manusia; artinya manusia pasti akan mati, entah jatuh atau tidak dalam dosa; lain lagi pandangan Bart; yang mengatakan bahwa kematian memang sudah sewajarnbya ada sebagai bagian rancana yang baik dari Allah atau sebagai alamiah hanya saat kejatuhan dosa manusia, maka kematian adalah suatu tanda hukuman Allah atas manusia. Namun pandangan diatas, jika meneliti dari Alkitab, menjadi ditolak karena Alkitab selalu mengkaitkan dan konsisten menyatakan bahwa  ada keterkatian antara kematian dengan dosa atau dosa mengakibatkan kematian pada manusia; dengan kata lain, mengapa Kristus harus mati bagi dosa lalu IA bangkit sebagai tanda kemenangan dari dosa ?. bukti Alkitab mis: Kejadian 2:16-17; itu dijelaskan bahwa kematian manusia terjadi adalah Allah menghukum manusia pada saat manusia merasakan buah dari pohon larangan; dengan anggapan pada hari engkau memakannya adalah “sudah pastilah engkau akan mati”; aspek kematian ini bisa bermakna pada keadaan fisik; tapi lebih dari pada itu pada saat Adam & Hawa memakannya; telah terjadi kematian secara rohani, disini manusia harus dipandang sebagai totalitas satu kesatuan terdiri dari fisik & rohani; menurut Leon Morris; “ketika manusia berdosa, maka ia beralih kesebuah kondisi yang baru, yaitu kondisi yang dikuasai dan sekaligus disimbolkan  dengan kematian, sehingga sebenarnya kematian fisik dan kematian rohani adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan tapi saling melibatkan satu dengan lainnya; karena pada saat manusia mati rohani, maka posisinya menjadi keterpisahan kekal dari kehadiran Allah; yang mengakibatkan ketidak bisa dihindarinya kematian fisik.

Fenomena atau hubungan erat antara kematian dengan dosa, tidak hanya di dalam Perjanjian Lama tapi juga di Perjanjian Baru, seperti tertulis pada Roma 5:12;  dimana diterangkan bahwa kematian fisik tercakup dalam  kematian rohani, artinya tidak bisa dipisahkan dan merupakan keterkaitan, ketergantungan satu dengan yang lain sebagai akibat yang harus ada/muncul oleh karena disebabkan kejatuhan manusia dalam dosa dan tubuh fisik ini memiliki benih kematian, suatu saat pasti mati, karena dosa.

Pada bagian lain, Alkitab menerangkan bahwa maut datang dari satu orang untuk semua manusia maka kebangkitan juga datang dari satu orang untuk semua orang; hal ini menunjuk yang pertama (maut) dari masuk melalui Adam maka Kebangkitan datang atau dimulai dari Kristus.   Kematian dilihat dari sudut pandang penebusan, Alkitab telah menerangkan bahwa kedatangan Kristus adalah untuk mengalahkan dan menghapuskan maut. (Ibrani 2:14-15), secara implicit menunjuk bahwa Iblis menguasai/memiliki maut; oleh sebab itu Kristus menjadi sama dengan manusia, supaya oleh DIA, maut dikalahkan atau ditiadakan melalui kematin-Nya. Seperti tertulis dalam Roma 6:9; sesudah Ia bangkit dari orang mati, tidak mati lagi; maut tidak berkuasa lagi atas Dia.

Bagi orang-orang percaya seharusnya dipahami tidak mengalami kematian tapi diubahkan dengan sekejap atau diubah “dalam sekejap mata” (1 Kor. 15:52), menjadi ke tidak binasa; hal ini perlu di pandang sebagai jika kita mati bukan untuk membayar dosa melainkan kematian dari segala dosa dan untuk masuk ke dalam hidup kekal (Katekismus Heidelberg); sehingga harus dipahami bahwa kematian adalah menjadi sumber berkat; berkat ke dalam kehidupan kekal; “bebas dari segala dosa”;  karena semakin manusia banyak berbuat, sesungguhnya semakin mendukakan karena semakin gagal menemui kehendak Allah; bagi orang percaya, sekarang telah dapat merasakan di dalam hati permulaan dari sukacita kekal, sebab itu Paulus bisa berkata: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Flp.1:21); dengan demikian sebebnarnya, ‘maut’ yang menakutkan itu telah menjadi sahabat bahkan menjadi hamba yang akan membukakan pintu sorgawi bagi orang-orang percaya; sebab kematian fisik ini bukanlah akhir kehidupan,  melainkan permulaan dari suatu kehidupan yang penuh kemuliaan.

  1. Konsep Alkitab tentang Kekekalan Jiwa

Immortality of the soul atau kekekalan jiwa, merupakan konsep yang bisa dibuktikan  oleh akal,  artinya bahwa jiwa ini kekal atau tidak binasa.

Agama misteri Yunani Kuno juga sudah mengenal konsep kekekalan jiwa,  menurut Plato; tubuh & jiwa adalah dua zat yang berbeda. Jiwa bersifat ilahi sedang tubuh karena dari materi, maka kedudukannya lebih rendah dari jiwa. Jiwa = nous, bagian manusia yg abadi (berasal dari sorga); karena mengalami kejatuhan, maka jiwa masuk ke dalam tubuh, jika perbuatan terpuji maka jiwa kembali kekekalan dan tubuh hancur, tapi jika perbuatan tidak kearah yang baik, maka jiwa yang keluar dari tubuh yang mati akan langsung masuk kembali ke tubuh manusia lainnya, bahkan hewan;  dengan pengertian ini, maka tidak dikenal tentang kebangkitan tubuh. Ungkapan Kekekalan jiwa tidak diajarkan oleh Alkitab, hanya saja Alkitab menerangkan tentang kekekalan jiwa yang disebut: athasnasia dan aphtharsia; yang menggambarkan: Allah adalah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut; bersemayam dalam terang yang tak terhampiri, seorang-pun tidak akan pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia; jadi makna kekekalan adalah orisinil, bukan kekekalan yang diberikan; artinya hanya Allah yang memiliki kekekalan; IA yang memiliki hidup di dalam diri-Nya sendiri (Yoh. 5:26).

Kekekalan ini hanya dikenakan untuk Allah, sedang dalam perspektif orang-orang percaya, konsep kekekalan dapat ditujukan untuk 3 hal, berdasar 1 Kor 15:53-53  yaitu:

  1. hanya dikenakan pada orang-orang beriman.
  2. Pemberian yang akan diterima di masa mendatang (diberikan pada saat Parousia).
  3. Dimiliki baik tubuh dan jiwa; tidak bisa dipisahkan tapi sebagai satu pribadi yang utuh; malahan sangat mengacu pada tubuh karena adanya kebangkitan daging/tubuh, bukan kebangkitan roh.

Namun jika mengamati berbagai pandangan Teolog, maka ada perbedaan diantara mereka dalam memahami kekekalan, pastinya bahwa:

  1. Alkitab tidak mengenal konsep Kekekalan jiwa,
  2. Alkitab tidak mengajarkan kekekalan jiwa dalam perspektif keabadian jiwa yang didasarkan pada sifat ketidak binasaan jiwa; karena manusia tidak dapat dinilai hanya dalam satu segi: tubuh saja atau jiwa saja.
  3. Alkitab tidak mengajarkan kelangsungan kehidupan sesudah kematian sebagai hal yang paling diinginkan (focus utama) tapi menekankan kehidupan dalam persekutuan dengan Allah sebagai berkat utama; menurut Alkitab, bahwa hidup itu tidak terpisah dengan Allah, namun hidup dalam persekutuan dan kebersamaan dengan Allah adalah hidup yang sebenarnya;  hal ini hanya dapat dicapai melalui persekutuan dengan Kristus, sedangkan orang-orang yang berada di luar persekutuan dengan Kristus (orang-orang tidak percaya) juga tetap akan ada setelah mengalami kematian, tetapi bukan suatu kehidupan penuh sukacita melainkan siksaan & kesakitan (2Ptr. 2:9; Luk 16:23,25).

Kebangkitan Tubuh adalah berita utama Alkitab;  seperti terus menerus diterangkan oleh Alkitab, bahwa tubuh itu sama pentingnya dengan jiwa, karena Allah menciptakan manusia adalah keseluruhannya atau utuh; tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi; keduanya tetap menyatu; karena jika tubuh lebih rendah atau dianggap tidak penting, maka hal ini bertentangan dengan pribadi kedua Tritunggal/trinitas, yaitu Allah mengambil Rupa seperti Manusia; dalam bentuk daging; dan tubuh ini bukan penjara jiwa melainkan bait Roh Kudus; dengan demikian konsep kekekalan dalam Alkitab atau Kekristenan harus dipahami sebagai kekalnya tubuh & jiwa atau manusia seutuhnya yang teridiri dari tubuh dan jiwa; meskipun tubuh manusia harus menjalani transformasi, diubahkan ke dalam tubuh yang tidak dapat binasa atau menjadi tubuh kemuliaan.

  1. Masa Antara (Intermediate State)

Masa antara diberi arti sebagai “ suatu kondisi orang yang telah mati diantara saat kematiannya dan kebangkitannya pada akhir zaman.”     Banyak Teolog percaya bahwa diantara kematian dan kebangkitan, ada sebagian jiwa manusia yang telah mati menikmati masa istirahat menunggu penggenapan kebangkitan dan ada sebagian yang menderita kesakitan menunggu hukuman kekal; pandangan demikian berkembang hingga ada pandangan yng melengkapi yaitu purgatory sebagai api penyucian. Luther dan Calvin setuju ada masa antara tapi berbeda konsep dalam memaknainya;  Calvin percaya bahwa pada masa itu manusia yang mati tetap sadar, artinya jiwa tidak tidur; atau sebagai masa sukacita yang belum sempurna sepenuhnya.  Pandangan lain; GC. Berkouwer, G. Van der Leeuw; yang mempertahankan pendapat bahwa sesudah mengalami kematian maka hanya ada satu kebenaran Eskatologis yang berlaku bagi orang-orang percaya yaitu kebangkitan tubuh; sedangkan manusia yang mengalami kematian saat ini adalah mengalami kematian total tubuh dan jiwanya; lalu oleh karena anugerah Allah, maka menerima kembali kehidupan baru setelah dibangkitkan; sehingga dianggapnya tidak benar yang memandang bahwa sesudah kematian maka akan secara alamiah ada kehidupan, yang di dahului dengan jiwa yang masih hidup; artinya Allah tidak menciptakan tubuh kebangkitan dari sesuatu yang telah ada, tapi tetap dari yang tidak ada yaitu pengubahan total kehidupan yang telah mengalami kematian.

Paaul Althaus, tokoh Lutheran juga mengkritik doktrin masa antara, karena doktrin ini mengasumsikan sebuah keberadaan jiwa tanpa terikat oleh apapun artinya tak bertubuh, hal ini dianggap sama seperti Platonis; dengan doktrin ini dianggap menyangkali pentingnya tubuh untuk manusia; indikasi doktrin ini mengarah pada berkat yang diterima secara individualistis, mengabaikan berkat atau kebenaran yang diusung dalam: persekutuan semua orang percaya, penebusan kosmis, kedatangan Kerajaan Allah, dan penyempurnaan Gereja; Dengan doktrin ini berarti memisahkan antara tubuh dengan jiwa; individu dan komunitas; berkat & kondisi akhir yang penuh kemuliaan.

Kata Yunani jiwa = psyche, yang berarti kerhidupan batiniah manusia, atau jiwa sebagai pusat kehidupan yang melampaui batasan-batasan duniawi, yang memiliki kehidupan atau sebagai mahluk hidup, dan jiwa sebagai yang meninggalkan wilayah materi pada saat kematian dan terus hidup dalam “hades”. Contoh psyche, Mat.10:28;  Wahyu 6:9; 20:4; yang menunjukkan bahwa jiwa yang dimaksud dalam ayat itu tidak hidup dibumi; hal ini berbicara tentang para martir Kristen.; selain istilah psyche, dijumpai pula istilah lain yaitu Roh/pneuma. Yang juga menggambarkan adanya aspek dari diri manusia yang akan tetap hidup meskipun mengalami kematian fisik. (Luk. 23:46; Kis. 7:59 dan Ibrani 12:23). Perlu dipahami lebih mendalam bahwa Alkitab senantiasa tidak membedakan antara tubuh dengan jiwa dalam diri manusia, tapi manusia yang berpribadi utuh adalah manusia yang teridri dari kesatuan  tubuh dan jiwa (psikosomatis); oleh sebab itu meskipun mengalami kematian, pada dasarnya manusia tetap hidup; hanya pengertian adanya masa antara itu adalah keadaan manusia yang tidak utuh; oleh karena itu diperlukan kebangkitan tubuh. Dalam perjanjian Lama, manusia yang mati akan tetap hidup, ia berada di dalam “Sheol” atau sheol adalah menegaskan kematian tidak mengakhiri eksistensi manusia. Sheol ini sering disebut sebagai grave (kubur) atau hell (neraka) atau pit (jurang maut).

Arti Sheol dapat disingkapkan sebagai berikut:

  1. berarti wilayah kematian atau dunia orang mati atau sebagai tempat yang dalam  (figuratif) misal: Kej. 37:35; ….kamu akan menyebabkan  aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati (Sheol) karena dukacita. Atau Ayub 17:16
  2. Kubur atau gebher, Mazmur 141:7; 9:18; 55:16.

Dalam Perjanjian Baru,  Sheol = Hades,  adalah menujuk dunia orang mati; sedangkan orang mati dapat berada pada Hades atau Firdaus, menunjuk pada tempat penuh berkat sorgawi atau pangkuan Abraham. (Kis. 2:27 & 31), Wahyu 1:18; Hades juga digambarkan sebagai sebuah penjara yang memiliki pintu yang kokoh berasal: ”Aku (Kristus) memegang segala kunci maut dan kerajaan maut (Hades).  Pada sisi lain; Alkitab juga menggambarkan bahwa Hades ini bisa menunjuk pada tempat hukuman selama Masa Antara (Luk. 16:19-31); sehingga hades memiliki makna tempat hukuman bagi orang fasik atau keadaan kesengsaraan setelah kematian.

Sheol atau Hades ini mengandung makna:

  1. Pada waktu seseorang meninggal, ia akan masuk kedalam dunia orang mati dan
  2. Di dalam dunia orang mati inilah orang-orang fasik akan tinggal dan seterusnya dibelenggu; bahkan orang fasik akan terus menderita meskipun sudah terjadi kebangkitan tubuh; sedang orang-orang beriman akan hidup dalam sukacita (Luk. 16:25). 137.

Fokus utama Perjanjian baru tidak pada kondisi orang fasik pada saat antara kematian dan kebangkitan, namun lebih menekankan tentang masa depan umat Allah; meskipun demikian Alkitab juga menggambarkan kondisi orang fasik, misal perumpamaan Orang Kaya dengan Lazarus. Atau cerita dalam 2 Petrus 2:9; bagaimana dahyatnya penghakiman Tuhan terhadap malaikat-malaikat yang berbuat dosa,  Dunia purba, Sodom & gomorah; lebih lanjut yang di kabarkan oleh Perjanjiaan baru adalah kondisi orang-orang percaya yang telah mati. (mati di dalam Kristus); yaitu berada di Firdaus;  yang bisa diasumsikan sebagai tingkat ketiga dari Sorga atau Sorga saja atau berada pada suatu tempat kediaman yang kekal yang dibuat bukan oleh tangan manusia; menyangkut frasa ‘suatu tempat kediaman yang kekal’ adalah:

  1. semacam tubuh sementara yang didapat ketika seseorang mati dan yang akan digantikan tubuh kebangkitan;
  2. tubuh kebangkitan yang akan diterima pada saat kedatangan Kristus yang kedua kalinya di bumi;
  3. keadaan yang penuh kemuliaan yang dialami oleh orang percaya.
  1. Pengharapan Kedatangan Kedua

Pada Bab ini akan membicarakan “Eskatologis Kosmis” yakni Kedatangan Kedua Tuhan Kita Yesus Kristus;  sebagai aspek final penggenapan saat kedatangan pertama, dimana Kristus telah meletakkan fondasi dan menegakkan Kerajaan-Nya, meskipun belum final, dan akan digenapi atau disempurnakan-Nya pada saat kedatangan kedua-Nya; dan kedatangan-Nya yang kedua adalah sedemikian pentingnya, sehingga terus-menerus diulang di dalam ke empat Injil; pesan Yesus bagi orang percaya, Ia berkali-kali  berkata kepada para pengikut-Nya (pendengar-Nya) untuk selalu berjaga-jaga atau bersiap-siap menyambut/menantikan kedatangan-Nya kembali; kedatangan-Nya tidak Dia pastikan dengan ukuran penanggalan system duniawi ini, tapi IA mendiskripsikan kedatangan-Nya dengan cara yang dimengerti oleh-Nya namun harus dipahami oleh orang percaya sebagaimana pada saat yang tidak terduga oleh akal pikiran manusia; Tuhan Yesus menjelaskan kedatangan kedua dengan berbagai tanda.

Salah satu tanda yang paling bisa diterima oleh akal pikiran manusia adalah seperti yang telah ditulis dalam Alkitab, manakala Yesus terangkat kesorga yang disaksikan oleh banyak orang; maka kata malaikat itu kepada kerumunan orang yang menyaksikan kenaikan Tuhan ke sorga, demikian:  (Kis. 1:11): “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.”. tanda-tanda yang diuraikan-Nya banyak tertulis dalam Kitab Perjanjian baru seperti: (Flp. 4:5; Titus 2:13; Ibr. 9:28; Yak. 5:8) dll. Lebih-lebih jika meneliti Kitab Wahyu maka gema kedatangan kedua-Nya  sama kuatnya dengan keseluruhan Isi Kitab-kitab, seperti pada penegasan-Nya: ”Aku datang segera”, diungkapkan 4(empat) kali; hal ini harus dipahami betapa Tuhan menunjukkan kepastian kehendak-Nya; oleh sebab itu umat Tuhan harus memiliki pengharapan yang hidup dengan penuh antusias dan benar-benar menjadi pegangan satu-satunya dalam menantikan Tuhan, jika hal ini masih belum menjadikan umat Tuhan menyadari arti pentingnya kedatangan kedua Tuhan Yesus, dapat dipastikan ada sesuatu  yang salah secara radikal dalam pemahaman imannya; karena Tuhan-pun sudah memperingatkan bahwa akan ada sebagian orang percaya yang menjadi ragu-ragu dengan berkata dalam hatinya:  (Luk 12:45) “Tuanku, tidak datang-datang”; memang hal inipun banyak menimpa umat saat ini, bisa jadi karena alasan atau anggapan adanya denominasi Gereja yang sedemikian banyak, masing-masing berlari dengan mengusung kebenarannya tanpa mau lebih meneliti maksud Kitab Suci dituliskan; sehingga harapan Eskatologis  atau minat menantikan kedatang-Nya yang ke dua menjadi pudar;

Padahal kedatangan-Nya yang kedua ini biasa disebut sebagai “Parousia”; dalam pemahaman jemaat mula-mula mereka menganggap bahwa parousia akan segera terjadi, namun kenyataannya hingga sampai kini belum tergenapi, oleh karena itu muncul anggapan adanya penundaan parousia ini; ada beberapa sarjana/Teolog yang mencoba menerangkan penundaan Parousia ini, diantaranya adalah Albert Schweitzer; dengan pendangannya yg disebut: consistent eschatology (Eskatologi konsisten); juga Frisz Buri; Martin Werner. Dengan pemahaman adanya penundaan parousia ini, apakah Kristus memang menubuatkan kedatangan-Nya kembali dalam kurun waktu generasi pendengar-Nya ?; ternyata ada sesuatu yang salah yang dipahami oleh jemaat Tuhan dalam menafsirkan atau memahami firman-Nya. Jika kita amati Injil Sinoptik, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh iman percaya menyangkut kedatangan Krsitus yang kedua, yaitu

  1. Dalam Injil Sinoptik ada 3 pernyataan yg mengandung arti bahwa kedatangan Kristus itu sudah sangat dekat.
  2. Ada pula pernyataan firman-Nya yang merujuk ke masa depan dan bukan akan terjadi segera;
  3. Ada firman-Nya yang mengindikasikan bahwa kedatangan-Nya tidak dapat diketahui.

Dengan pemahaman diatas, maka sangatlah penting untuk menggaris bawahi dan memahami dengan lebih serius, bahwa kedatangan-Nya haurs tetap dipahami memiliki misteri, yang tidak akan diungkapkan secara gamblang dalam hitungan hari, tahun-tahun seperti kehidupan manusia saat ini; oleh karena itu jika ada orang percaya yang mengatakan atau menekankan pada saat dan waktu yang pasti akan kedatangan Yesus Kristus kedua kali, maka bisa dikatakan sebagai suatu kekeliruan iman; karena bertentangan dengan friman-Nya yang mengatakan bahwa: “Anak manusia tidak tahu tentang hari atau saat kedatangan-Nya kembali “; oleh sebab itu dalam kediri manusiaan seseorang tidaklah mungkin akan disingkapkan saat pasti dan hari atau waktu kedatangan-Nya; tapi lebih ditekankan pada setiap orang percaya bahwa ia harus berjaga-jaga atau waspada memelihara imannya. Dalam bukunya ‘Coming of the Kingdom’; H.N Ridderboss berpendapat bahwa : Kematian, kebangkitan dan kedatangan kedua Tuhan Yesus Kristus dalam kemuliaan, tidak boleh dimengerti secara dipisahkan tapi adalah serangkaian satu kesatuan. Dan komentarnya menyangkut Markus 9:1; yang secara singkatnya adalah:a. Paraousia tidak dapat diabaikan; b. Ada peristiwa kebangkitan yang mengantarai pernyataan Tuhan tentang kedatangan-Nya yang kedua; c Kebangkitan dan kedatangan kedua saling berkait.; d. yang mendengar saat itu banyak yang akan menyaksikan kebangkitan-Nya sebagai manifestasi Kerajaan Allah; e. Kebangkitan adalah jaminan kedatangan-Nya yang ke dua.

Problem penafsiran yang lain dalam aspek kedatangan kedua, menyangkut kata ”angkatan ini…”; hal ini bisa menunjuk pada arti kuantitatif yaitu menunjuk pada generasi orang-orang yang mendengarkan kata-kata Yesus; atau kualitatif yaitu: menunjuk pada orang-orang Yahudi dan non Yahudi yang tidak percaya yang hidup sejak zaman Yesus hingga kedatangan-Nya yang kedua. Atau bisa juga dikatakan angkatan ini bermakna  umat manusia secara umum yang tetap ada sampai  Parousia (F.W. Grosheide, ) namun esensi tujuan Yesus mengatakan adalah bukan menunjuk pada saat atau hari, tanggal dan tahun tertentu melainkan untuk menegaskan bahwa kedatangan-Nya kedua adalah suatu kepastian pasti akan terjadi; dengan penekanannya, meskipun “langit dan bumi akan berlalu, tapi perkataan-Ku tidak akan berlalu”; sehingga yang dimaksud Yesus tentang angkatan ini ialah ‘orang-orang Yahudi yang tidak setia, yang jahat dan tidak percaya, yang hidup di masa lampau, sekarang maupun yang akan datang.

  1. Tanda-tanda zaman

Tanda-tanda zaman adalah bentuk ekspresi berbagai peristiwa atau situasi tertentu; dan bersangkut paut dengan masa yang akan datang. Dalam memahami tanda-tanda zaman ini bisa terjadi beberapa kesalah pahaman yang harus dihindari, kesalahpahaman itu meliputi :

  1. sebagai berbagai peristiwa yang secara eksklusif hanya akan terjadi di akhir zaman.
  2. Anggapan bahwa tanda-tanda zaman hanyalah peristiwa-peristiwa yang sifatnya abnormal, spektakuler atau bencana besar-besaran; padahal sering diperingatkan oleh Yesus bahwa tanda-tanda seperti itu justru menunjuk pada kuasa kegelapan yang menyesatkan. (2 Tes. 2:9).
  3. Usaha untuk memakai tanda-tanda yang ada untuk menghitung tanggal yang pasti dari kedatangan Kristus yang kedua.
  4. Usaha untuk menetapkan waktu yang pasti bagi terjadinya masing-masing tanda zaman.

Dengan kesalahpahaman diatas, bisa dikatakan bahwa manusia tidak mampu melihat tanda-tanda zaman karena tidak mampu mengenali Yesus Kristus dengan mata iman.  Lalu bagaimana seharusnya memahami tanda-tanda zaman ini secara Alkitabiah,  secara umum tanda-tanda zaman ini memiliki pengertian:

  1. Sekalipun umumnya kita berfikir bahwa tanda-tanda zaman menunjuk ke masa depan, tanda-tanda ini lebih menunjuk kepada apa yang Allah telah kerjakan di masa lampau; dengan demikian salah satu yang harus dilakukan orang percaya adalah sebaik-baiknya menggunakan waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
  2. Menunjuk kepada akhir sejarah, khususnya kepada kedatangan Kristus yang kedua; dengan makna tanda-tanda itu memberi kepastian bahwa semua akan terjadi, jadi tanda-tanda zaman menunjuk ke masa depan berdasarkan yang telah Allah lakukan di masa lampau
  3. Menyatakan kontinuitas pertentanngan antara Kerajaan Allah dan kuasa Iblis dalam sejarah; hal ini diilustrasikan oleh Yesus, laksana “Gandum dan Lalang”; dengan lain perkataan-Nya mengindikasikan keberadaan kuasa jahat atau merupakan penyingkapan tentang berlanjutnya anugerah dan kesabaran Allah maupun murka Allah.
  4. Tanda-tanda zaman menuntut keputusan, artinya Allah terus menerus bekerja memanggil manusia untuk percaya pada Anak-Nya supaya diselamatkan; yang tidak percaya menumpuk penghakiman bagi dirinya; demikianpun bagi orang percaya juga harus memperhatikan tanda-tanda, supaya mendatangkan sukacita. Sekalipun tanda-tanda itu menyesakkan hati seperti: adanya nabi palsu, mesias-mesias palsu, kemurtadan, penganiayaan, kesengsaraan; yang sebenarnya tanda yang menyesakkan ini adalah indikasi kedatangan Kristus sebagai kepastian.
  5. Menuntut ketekunan dalam berjaga-jaga, bahwa peristiwa-peristiwa tertentu dalam dunia ini akan terus berlangsung artinya akan terus terjadi di sepanjang sejarah kekristenan, karena tanda itu terjadi berlangsung mulai sebelum adanya kekristenan hingga sekarang ini.

 

          Namun esensi tanda zaman ini adalah indikasi yang terus bergerak ke sebuah titik klimaks, kemurtadan akan semakin tersebar luas, penganiayaan dan penderitasan akan menjadi kesengsaraan besar dan kekuatan anti kristen akan mencapai puncaknya dalam manusia durhaka. Nasihat terbaik adalah jangan berkata kedatangan kedua ”sudah sangat dekat”(imminent) tapi lebih baik mengatakan bahwa “pasti akan segera terjadi” (impending) atau motto: “Hiduplah seolah-olah Kristus baru mati kemarin, bangkit pagi ini dan akan kembali lagi besok” .

  1. Tanda Tanda Khusus

Alkitab memaparkan tanda-tanda khusus Eskatologis yaitu:

  1. Menyatakan kasih karunia Allah berisi:
  2. Proklamasi Injil ke semua bangsa; mengandung arti keselamatan di dalam Kristus berlaku bagi umat manusia di sepanjang zaman, baik yang hidup pada masa sebelum, pada saat atau yang akan datang; meskipun pemberitaan Injil harus ke seluruh penjuru dunia, namun tidak harus terjadi pertobatan oleh semua yang mendengarnya; tapi penekanannya bahwa pemberitaan Injil adalah kesaksian, kesaksian ini mengandung konsekuensi logis untuk mengambil keputusan, sehingga injil menjadi bagian tak terlepaskan dari kehidupan setiap bangsa. Injil akan membangkitkan iman bagi yang menerima, sedang jika ditolak, maka Injil akan menjadi hukuman bagi yang menolak. Pada zaman ini adalah zaman anugerah, Allah memanggil dan menggerakkan orang untuk diselamatkan;

b.. Keselamatan bagi bangsa Israel hingga jumlah yang penuh, dapat ditafsir sebagai bangsa Israel secara keseluruhan dalam arti terjadi pertobatan pada bangsa Israel sehingga berbalik kembali kepada Allah atau keselamatan bagi bangsa baik yahudi maupun non yahudi disepanjang sejarah. Atau keselamatan bagi sejumlah orang-orang yahudi pilihan saja yang terjadi di sepanjang sejarah.

  1. Mengindikasikan perlawanan terhadap Allah yaitu

a). Masa sengsara/tribulation, nubuatan tanda ini bisa dipahami dari Perjanjian Lama Kitab Yeremia 30:7 & Daniel 12:1b.  tanda masa kesengsaraan ini dapat dipahami paralel dengan uraian Tuhan Yesus sewaktu Khotbah Akhir zaman (Mat: 24:3-51; Markus 13:3-37 dan Lukas 21:5-36), meskipun sulit ditafsirkan tapi memiliki pengertian adanya masa kesengsaraan (penganiayaan, kesusahan, penderitaan, dan pencobaan) akan terjadi tidak hanya sebatas pada hari-hari terakhir, melainkan merupakan cirri-ciri masa sekarang; terjadinya perseteruan antara pihak dunia dengan Kerajaan Allah, berarti orang-orang Kristen tidak akan terhindar dari berbagai kesusahan atau penganiayaan dalam pelbagai bentuknya pada masa sekarang; meskipun tanda-tanda ini juga tidak bisa memberikan kepastian saat, waktu, hari dan tanggal berakhirnya, sebagai kedatangan-Nya kedua;

  1. Murtad yaitu meninggalkan Allah sehingga jatuh kedalam dosa yang menyebabkan mereka akhirnya dibawa kedalam pembuangan; indikasi murtad ini dalam PB dikhotbahkan oleh Yesus seperti tertulis pada: Mat. 24:10-12; Mat. 24:24; murtad ini akan terjadi sepanjang sejarah manusia; tidak hanya merujuk dalam PL, khususnya bangsa Israel, namun dalam PB juga terjadi pada orang-orang percaya yang telah mengakui Kristus sebagai juruselamat; dengan melakukan perbuatan, perlawanan atas kehendak Allah; sehingga dikatakan sebagai orang-orang yang berasal dari kita tapi tidak sungguh-sungguh bertobat; klimaks murtad ini adalah akan dinyatakannya adanya manusia durhaka, yang harus binasa (2 Tes. 2:1-3); yang pekerjaannya dilakukan oleh Iblis; (ciri-ciri Manusia durhaka ialah melawan Allah atau Ke Tuhanan Yesus Kristus; satu sosok pribadi yang paling menakutkan; menghendaki dirinya sebagai obyek penyembahan; mengadakan mujizat palsu untuk menipu; akan dimusnahkan pada kedatangan kedua Kristus. Dan .
  2. Antikristus, ciri-cirinya adalah mengubah waktu dan hukum (Dan. 7:25), memerangi orang-orang kudus milik Yang Maha Tinggi, bahkan menentang Allah yang Maha Tinggi; esensi antikristus adalah seseorang yang mengaku atau menggantikan Kristus, meninggikan diri dan menentang Kristus; atau dengan lain kata yang menantang dan melawan Kristus; pada saat itu yang ditentang adalah Gnostisisme yang menyangkali inkarnasi, karena menganggap materi ini jahat maka tidaklah mungkin Allah atau Roh Allah masuk kedalam sebuah tubuh jasmani atau menjadi daging atau pengajaran yang mengajarkan adanya keterpisahan antara kemanusiaan Yesus dan keilahian-Nya atau Kristus yang bukan sepenuhnya manusia. Namun demikian Alkitab juga berbicara adanya antikristus yang akan datang yang merujuk pada adanya antikristus sesudah zaman para Rasul; sehingga jika ini sudah berlangsung adalah menunjuk pada waktu terakhir. (1 Yoh 2:18) artinya disetiap jaman akan muncul antikristus hingga kedatangan Kristus yang kedua. Mengindikasikan penghakiman Allah (Perang, Gempa Bumi dan Kelaparan); meskipun terjadi peperangan antar bangsa, Gempa bumi, kelaparan belum merupakan kesudahan dunia dan Yesus menasihatkan pada orang percaya janganlah menjadi gelisah; karena tanda itu berkaitan dengan:

1) nubuatan pada Perjanjian Lama;

2). merupakan bukti penghakiman Allah sedang berlangsung; namun tidak berarti yang menderita karena perang, kelaparan atau gempa bumi adalah sebagai satu-satunya sasaran murka Allah; tapi harus dipahami bahwa realita dunia saat ini atau dari dulu hingga sekarang ada dibawah  kutukan Allah (Kej. 3:17).

3) sebagai permulaan penderitaan zaman ; 4) Allah terus menerus sedang bekerja atau mengerjakan rencana-Nya dalam sejarah.

  1. Natur Kedatangan Kedua.

Diajarkan oleh Dispensasionalisme pretribulasi, dengan dua tahapan:

  1. Kedatangan kedua disebut pengangkatan (rapture atau pengangkatan sebelum tribulasi); pada tahap ini dapat terjadi setiap saat, dalam arti turunnya Kristus hanya di awan-awan, lalu pada saat itu terjadi kebangkitan semua orang percaya, lalu orang percaya diubahkan dan dimuliakan; sehingga berlangsunglah pengangkatan semua orang percaya  atau kumpulan orang percaya yang disebut Gereja, akan masuk ke sorga bersama dengan Kristus untuk merayakan perjamuan kawin anak Domba selama tujuh tahun; selama tujuh tahun ini akan ada hal-hal:

1) masa sengsara,

2) antikritus muncul;

3) penghakiman baik utk orang percaya dan orang tidak percaya;

4) penyelamatan untuk umat pilihan & Israel termasuk non Yahudi;

5) raja-raja dibumi, bala tentara binatang dan nabi palsu akan bersatu untuk menganiaya umat Allah.

Sesudah itu Tuhan Yesus turun hingga ke bumi bersama-sama dengan Gereja dan berperang dalam peperangan Harmagedon untuk

  1. menegakkan tahtanya di Yerusalem, memulai pemerintahan seribu tahun/ penegakan Kerajaan Seribu Tahun (return of Kristus).

Dua tahapan diatas, tidak ada dasarnya dalam Alkitab; kritikan sebagai penolakannya adalah:

  1. PB sama sekali tidak memberikan dasar untuk mengajarkan dua tahapan seperti diatas.
  2. Pasal-pasal dalam PB yang memberi penjelasan tentang kesengsaraan besar tidak mengindikasikan bahwa Gereja akan diangkat dari bumi sebelum peristiwa tersebut berlangsung.
  3. Pasal-pasal dalam PB yang berbicara tentang pengangkatan tidak mengajarkan konsep pengangkatan seperti yang dianut oleh orang-orang pretribulasi.
  4. Kedatangan Kristus yang kedua kali melibatkan baik kedatangan bersama dengan umat-nya maupun kedatangan bagi umat-Nya.

Argumen tentang dua tahap kedatangan Kristus tidak dapat disimpulkan dari ajaran bahwa kesusahan besar merupakan pernyataan murka Allah atas duni dengan demikian ajaran kedatangan kedua Kristus tidak diajarkan sesuai pengertian pretribulasi namun kedatangan kedua mengajarkan adanya peristiwa tunggal  yang akan dan pasti terjadi sesudah masa kesengsaraan besar. Yang pasti bahwa jika Kristus datang kedua maka akan ada kebangkitan secara umum (semuanya) bagi orang mati baik itu orang percaya maupun yang tidak percaya. Pada orang-orang percaya akan di angkat ke awan-awan untuk menyongsong Tuhan Yesus Kristus, sedang orang yang tidak percaya akan tetap tinggal di bumi, sehingga memberikan kebingungan besar bagi yang tidak percaya. Dan kembalinya Kristus kedua akan bersifat kasat mata  (visible) (Wahyu 1:7); dan ciri yang akan menonjol dalam kedatangan kedua-Nya adalah Ia datang dalam kemuliaan atau penuh kemuliaan, Tuhan akan menunjukkan jati diri-Nya; hal ini kebalikan dengan kehadirannya pertama yang penuh kesederhanaan, penderitaan bahkan tidak dipedulikan sama sekali oleh umat manusia. (Yes. 53:2-3)

  1. Beberapa Pandangan Utama tentang Kerajaan Seribu Tahun (Millenialisme).

Pandangan Milenialisme memiliki bagian: amilenialisme; postmelianisme; premilenialisme.

  1. amilenialisme diyakini tidak mempercayai millennium secara esklusif menunjuk pada masa yang akan datang (Wahyu 20), melainkan sekarang ini sedang dalam proses untuk tergenapi; sebagai pemerintahan oleh jiwa orang-orang percaya yang telah meninggal dan yang sekarang bersama Kristus di Sorga; sehingga Kerajaan Allah saat ini sudah hadir di dalam dunia dalam wujud pemerintahan Kristus dan umat-Nya; namun kuasa iblis tetap ada bersama-sama melakukan pekerjaannya hingga akhir zaman.
  2. Postmilenialisme; memiliki kesamaan dengan amilenialisme dalam hal: tidak memahami pemerintahan Kristus secara phisicaly; bukan durasi waktu selama seribu tahun; kedatangan Kristus kedua sesudah masa milenium selesai.

Keperbedaannya bahwa postmilenialisme mengusung konsep milenium dengan aspek banyaknya orang-orang bertobat menjadi pengikut Kristus melalui pemberitaan Injil (Yahudi & Non Yahudi); artinya nantinya jika millennium ini terwujud maka semua orang menjadi pengikut Kristus atau Kristen sehingga terjadi perbaikan secara menyeluruh kehidupan manusia dalam aspek, social, ekonomi, politik dan budaya; terjadinya perdamaian antar bangsa sehingga tercipta kemakmuran di bumi; milenium disebut dalam Wahyu 20: 1-6).

Kritik terhadap postmilinialisme:

  1. Nubuat merupakan petunjuk akan adanya zaman keemasan dimasa datang sebagai gambaran kondisi akhir pengikut Kristus.
  2. Penafsiran masa sengsara dan murtad tidak dapat dibenarkan.
  3. Wahyu 20: 1-6 tidak mendukung posmilenialisme; bukan gambaran zaman keemasan di bumi. Pengharapan akan adanya zaman keemasan sebelum Kristus datang kedua, tidak sejalan dengan adanya perseteruan antara kerajaan Allah dan kuasa Jahat.  Perseteruan ini akan berlangsung terus hingga kesudahan sejarah.
  1. Premilenialisme historis; menganggap sejumlah peristiwa akan mendahului kedatangan Kristus; yaitu: adanya penginjilan kepada seluruh bangsa; ada masa kesusahan, murtad atau pembrontakan yang hebat dan munculnya satu pribadi antikristus; sesudah Kristus turun ke bumi, antikritus akan dibinasakan dan pemerintahannya akan diakhiri; terjadi pertobatan orang-orang Yahudi, menjadi satu kelompok atau satu umat Tuhan dengan yang lainnya yang telah percaya lebih dahulu, kemudian akan memerintah bersama-sama dengan Kristus, sedang bangsa yang tidak percaya akan tunduk; gambaran milenium inipun bukan akhir keadaan, sebab dosa dan kematian serta kejahatan tetap masih ada namun dibatasi karena  kebenaran akan menguasai seluruh bumi; terjadilah zaman kemakmuran, damai sejahtera yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
  2. Premilenialisme dispensasi; baru muncuk abad 19, hampir sama dengan premilenialisme historis, meskipun terdapat beberapa perbedaan, secara prinsip paham ini mengusung:
    1. Penafsiran secara harfiah nubuat-nubuat Alkitab.
    2. Perbedaan yang mendasar dan kekal antara Israel dan Gereja..

Keberatan terhadap premilenialisme yaitu:

  1. Wahyu 20 tidak memberikan bukti meyakinkan bagi adanya pemerintahan seribu tahun yang akan mengikuti kedatangan kedua.
  2. I Kor 15:23-24 tidak memberikan bukti yang jelas bagi pemerintahan di bumi seperti yang dipahami dalam premilenialisme.
  3. Turunnya Kristus bersama-sama orang percaya yang dimuliakan ke bumi, dimana dosa dan kematian masih tetap akan ada, bertentangan dengan realitas kemuliaan akhir.
  4. Pemerintahan seribu tahun di bumi sebagaimana diajarkan oleh premilenialis, tidak sejalan dengan ajaran PB tentang Eskatologi, karena pemerintahan semacam itu tidak masuk dalam kategori masa sekarang maupun yang akan datang. Karenanya pemahaman premilenialisme adalah sesuatu yang aneh secara teologi.

Pada dasarnya seluruh orang percaya akan masuk ke dalam kehidupan kekal. Allah akan menciptakan langit dan bumi yang baru, dimana dosa dan kelemahan akan dihapuskan.

  1. Sebuah Kritik Terhadap Paham Premilenialisme Dispensasi.

Sisi positif paham premilenialisme dispensasi perlu dihargai  karena anggapannya tentang:

  1. Ketidak bersalahan Alkitab
  2. Menantikan penuh harap kedatangan Kristus secara pribadi dan dapat disaksikan oleh mata jasmani.
  3. Dalam setiap pembagian zaman, keselamatan adalah anugerah dalam karya Kristus.
  4. Yang memerintah Kerajaan Allah adalah Kristus, yang mencakup seluruh bumi.

Sedang kritikan yang harus disampaikan pada paham ini karena:

  1. mengabaikan kesatuan Alkitab; karena Alkitab dibagi dalam tujuh periode waktu, dimana adanya perbedaan pada setiap periode.
  2. Ajaran bahwa Allah memiliki tujuan yang berbeda bagi Israel dan Gereja adalah suatu paham yang tidak benar.
  3. Perjanjian Lama tidak mengajarkan bahwa akan ada kerajaan seribu tahun di bumi yang bersifat fisik; begitu banyak ayat-ayat dalam PL yang bisa ditasfsirkan sebagai dasar bagi kerajaan seribu tahun, namun kenyataan pemerintahan seribu tahun bukan mengacu pada hal fisik tapi merupakan gambaran bagi bumi baru sebagai penggenapan karya penebusan Allah.
  4. Alkitab tidak mengajarkan pemulihan politik bagi Israel melalui masa seribu tahun.
  5. Konsep premilenialisme dispensasi tentang penundaan kerajaan Israel tidak memiliki dasar dalam Alkitab; karena: tidak semua orang Yahudi menolak Kerajaan Allah yang dirtawarkan Yesus Kristus bahkan Kristus telah menegakkan kerajaan itu dan sejumlah besar orang (Yahudi & non Yahudi) nenjadi pengikut-Nya.
  6. Konsep premilianialisme dispensasi tentang gereja sebagai pengganti sementara terhadap ditundanya kerajaan Israel, tidaklah memilikii dasar dalam Alkitab; karena: orang-orang non Israel akan mengambil bagian berkat-berkat  keselamatan bersama-sama bangsa Israel; terdapat kesinambungan antara umat Allah dalam perjanjian lama dan perjanjian baru, terkenal dalam istilah  “qahal” {ibrani};  yang pengertiannya sama dengan “eklesia” dalam Septuaginta. Dengan mengusung Gereja sebagai dispensiasional Kerajaan Allah berarti terjadi pengajaran  dikotomi, sebab seolah-olah Allah memiliki rencana yang berbeda untuk bangsa Yahudi dalam penebusan; sebaliknya Alkitab mengajarkan tentang sentralitas gereja dalam rencana penebusan Allah.
  7. Alkitab tidak mengajarkan bahwa orang masih dapat dibawa kepada keselamatan sesudah Kristus datang kembali; hal ini dapat dipahami dari perumpamaan tentang Gadis yang bijaksana dan Gadis yang Bodoh; sebab yang tidak waspada atau tidak siap, maka akan ditinggalkan dan pintu masuk ditutup.
  8. Kerajaan seribu tahun yang diyakini oleh kelompok premilenialisme dispensasi bukanlah seribu tahun yang digambarkan dalam Wahyu 20: 4 -6..
  1. Kerajaan Seribu Tahun menurut Wahyu 20.

Cara memahami Kitab Wahyu  secara keseluruhan, maka memperhatikan pendekatan yang disebut sebagai paralelisme progresif (Willam Hendriken – More than conguerors), yang membagi Kitab Wahyu dalam tujuh bagian yaitu:

  • Paralel 1. Pasal 1-3, perjalanan Yohanes melihat Kristus ditengah-tengah ketujuh kaki dian emas;
  • Pararlel 2. Pasal 4 – 7, Penyaksian Yohanes yang melihat Tuhan Yesus Kristus duduk di tahta-Nya yang berkilauan; sebagai perwujudan kemenangan Kristus atas kuasa kegelapan.
  • Paralel 3. Pasal 8 – 11, Gereja dilindungi dan meraih kemenangan.
  • Paralel 4. Pasal 12-14,  penyaksian secara symbol akan kelahiran Kristus, yang  selalu di intai oleh naga (Ular Tua/Iblis); dan pertentangan terus berlanjut antara naga dengan gereja.
  • Paralel 5. Pasal 15 – 16; penyingkapan murka Allah atas mereka yang tidak mau bertobat.
  • Paralel 6. Pasal 17 – 19; menyaksikan kejatuhan Babel dan Naga, babel sendiri melambangkan symbol duniawi, sebagai gambaran kehidupan sekuler tanpa mengenal Allah.
  • Paralel 7. Pasal 20 -22 melambangkan kekalahan semua musuh Kristus.

Meskipun parallel, tapi masing-masingpun telah mengindikasikan Eskatologi.

Adapun penafsiran Kitab Wahyu  (20: 1- 6) dalam membicarakan pemerintahan seribu tahun, dibagi dalam dua bagian, bagian pertama ayat 1 – 3; diikatnya Iblis dan ayat 4 – 6  pemerintahan seribu tahun oleh individu tertentu bersama Kristus. Indikasi kedatangan Yesus Kristus kedua kali telah disebutkan terlebih dahulu pada pasal 19 namun ini jika diteruskan ke pasal duapuluh maka akan menuju pada pemahaman era perjanjian baru awal pertama.

Pengikatan iblis  atau Setan  selama seribu tahun dan kemudian ia dilemparkan kedalam jurang  maut dengan tujuan “supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun”; namun demikian kita harus melihat dan memahami bahwa kitab wahyu ini penuh dengan angka-angka simbolis, sehingga bisa menjebak orang yang tidak belajar dengan baik isi Alkitab. Misal: angka sepuluh menunjuk arti genap, maka bisa diartikan sebagai kegenapan suatu masa periode tertentu tapi tidak menujhjuk pada angka perhitungan yang pasti, hanya pada masa periode tertentu akan genap/digenapi; pengikatan iblis ini bisa juga dipahami sebagai kesempatan para murid Kristus dapat/sanggup  menyebarkan Injil sehingga menjadikan semua bangsa murid Tuhan.

Meskipun dalam penyebaran injil ini selalu dibayangi oleh iblis, karena pengikatan kepada iblis bukan berarti iblis tidak bisa menyesatkan manusia, namun penyesatan itu tidak lagi sedemikian rupa sehingga kebenaran benar-benar tidak dapat lagi dikenal oleh manusia.. Salah satu indikasi diikatnya/dirantainya Iblis; kita bisa belajar dari Firman Tuhan, pada waktu Yesus dihujat oleh kaum Farisi, bahwa IA mengusir setan/iblis dengan kuasa Beelzebul (Penghulu Setan);  (Mat. 12:29); atau peristiwa godaan yang dilakukan iblis sewaktu Yesus dipadang Gurun sesudah menyelesaikan puasa-Nya; dimana IA dikatakan menang dari Iblis; atau dengan lain kata, pada masa sekarang ketika Injil diberitakan, pengaruh Iblis sangat dibatasi; sehingga ia tidak dapat mencegah murid-murid Kristus untuk memberitakan Injil Tuhan.

  1. Kebangkitan Tubuh.

Faham Yunani mengatakan bahwa tubuh ini adalah materi jahat, sehingga sewaktu manusia mati akan lenyap tapi jiwa tetap kekal; sehingga tidak ada pengharapan akan kebangkitan tubuh; sedang Alikitab mengajarkan bahwa manusia itu terdiri dari tubuh dan roh, namun tidak dapat dipisahkan (menyatu); karena tanpa salah satu yang menopang maka bukan lagi disebut manusia; sebagaimana digambarkan dengan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, Ia sesudah bangkit atau pada waktu kebangkitan-Nya tetap mengenakan tubuh-Nya, hanya tubuh yang dimuliakan; oleh karena itu orang percaya-pun dibangkitkan Tuhan pada waktu kematiannya, hanya saat ini belumlah sempurna, meskipun telah menikmati masa sukacita; dengan dekmikian kebangkitan tubuh hanya dimiliki oleh orang Kristen.. Alkitab mengajarkan kebangkitan tubuh dengan paham sebagai berikut:

  1. Kebangkitan orang percaya dan orang tidak percaya akan terjadi bersama-sama.
  2. Kebangkitan orang percaya pada saat kedatangan Kristus kedua kali, yaitu disebut “akhir zaman”.
  3. Kebangkitan yang dijelaskan akan terjadi dalam dua phase sebagaimana dikutip oleh penafsir tertentu dari Tes. 4:16;  I Korintus 15:23-24 tidak terbukti.

Dari ketiga alasan ini, maka wajarlah terjadi penolakan akan paham premilenialisme, yang mengajarkan kebangkitan dibagi atau terjadi dalam dua tahap atau bahkan empat tahap; karena tidak ada dasarnya dalam Alkitab.

Hakikat Kebangkitan,  Perjanjian baru dalam mengajarkan kebangkitan lebih ekplisit,  dibandingkan dengan perjanjian lama, bahkan dalam Perjanjian lama sudah dibedakan akan konidsi orang percaya dengan tidak percaya (orang benar dengan fasik) (Mazmur 16:10); meskipun dalam PL kebangkitan secara ekplisit juga dinubuatkan (Yesaya 26:19); sedangkan Daniel berbeda meskipun kebangkitan akan terjadi pada semua orang, tapi langsung bagi orang benar mendapatkan hidup yg kekal, sebagian atau orang fasik akan mendapat kehinaan yg kekal. Fokus atau esensi kebangkitan dalam Perjanjian baru adalah pada Yesus Kristus, yang menjadi jaminan bagi orang-orang percaya dalam nama-Nya; sedang kebangkitan di luar nama-Nya masih ada kelanjutan bagi orang itu yaitu mengalami kematian kedua (kekal).; hanya pada saat ini Kristus adalah disebut yang sulung atau buah sulung.

Dan kebangkitan orang percaya ini harus diyakini oleh karena pekerjaan Roh Kudus; oleh karena itu kebangkitan orang percaya (orang benar) bukan hanya dalam pengertian roh saja tapi juga melingkupi tubuh kita; sebagaimana yg dinyatakan atau disaksikan oleh kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Untuk menjelaskan secara spesifik hakikat kebangkitan, maka dapat dipahami dari 1 Kor. 15,  yang dapat menjelaskan secara lengkap tentang kebangkitan; sehingga kebangkitan yang terjadi adalah kebangkitan tubuh tapi tubuh yang bersifat rohani (yang tidak dapat binasa/tubuh yang mulia); tubuh rohani ini akan menggantikan kedudukan tubuh jasmani; tubuh rohani bukan tubuh yang bersifat non fisik seperti saat ini, tapi tubuh yang harus dipahami dengan pengertian “kontras dari fisik”; kontras bukan berarti mutlak berlawanan dengan fisik, namun tubuh ini juga memiliki cici-ciri fisik.karena tubuh rohani-pun bisa makan, bisa disentuh, berjalan seperti manusia biasa saat ini sebagaimana pernah di demonstrasikan oleh Tuhan Yesus Kristus, hanya dimensi alam pikiran manusia yang belum bisa membayangkan atau memperkirakan sepenuhnya yang dimaksud dengan tubuh rohani ini. (tubuh kemuliaan).

Jika tubuh kebangkitan bersifat non materi atau nonfisik, maka iblis akan mengalami kemenangan besar, sebab dengan demikian Allah dipaksa untuk mengubah hakekat manusia yang diciptakan dengan tubuh dan roh, menjadi ciptaan jenis lain. Yaitu tubuh tanpa fisik seperti malaikat; malahan dengan menganggap kebangkitan rohani bukan dengan tubuh fisik, bisa dikatakan menyetujui pandangan Yunani. Oleh sebab itu kebangkitan adalah kebiangkitan tubuh fisik yang diperbaharui, sebagai tubuh kemuliaan suapaya dapat melayani Allah selama-lamanya dan pengubahan tubuh fisik dari keadaan fisik yang rentan, dapat binasa akan dengan sekejap menuju pada tubuh kemuliaan yang tidak dapat binasa; karena tubuh yang saat ini dapat binasa meskipun diubah dalam sekejap dalam tubuh yang tidak dapat binasa harus ada kesinambungan  sebab kehidupan dimasa datang jika tidak ada kesinambungan meskipun berbeda, maka tidak akan ada konsep kebangkitan orang mati; kesinambungan tetap berlangsung namun dalam keperbedaan, salah satu keperbedaannya, bahwa dalam tubuh rohani ini tidak diperlukan lagi adanya perkawinan, tapi hidup layaknya malaikat. Di sorga; terlebih lagi harus dipahami bahwa kehidupan dimasa datang bersama Allah adalah suatu kehidupan yang semuanya sangat indah melampui daya imajinasi manusia (1 Kor 2:9).

  1. Penghakiman Terakhir

Penghakiman terakhir adalah suatu kondisi dimana setiap orang akan tampil di hadapan tahta Allah (pengadilan Kristus).

Penghakiman akhir ini memiliki tujuan:

  1. Untuk menyatakan kemahakuasaan Allah dan kemuliaan Allah melalui penyingkapan kondisi akhir setiap manusia, karena hingga saat ini kondisi akhir setiap manusia masih tersembunyi; sedangkan pada pengadilan akhir itu semua akan disingkapkan, iman seseorang akan dapat diketahui, segala perbuatan akan ditelanjangi.
  2. Menyingkapkan derajat upah atau penghukuman yang akan diterima oleh setiap orang.
  3. Melaksanakan keadilan Allah, memberikan kepada setiap orang suatu tempat sesuai dengan imannya kepada Kristus dan dimana ia pada akhirnya akan tinggal.

Sehingga dalam pengadilan akhir, tidak seperti yang dilakukan oleh manusia di bumi dalam proses mengadili yang bersifat investigasi, karena Allah sangat mengetahui dan tidak perlu lagi membutuhkan bukti atau saksi yang meyakinkan-Nya, karena hari itu adalah hari penyingkapan dan pelaksanaan ketetapan ketimbang pembuktian.

Penghakiman akhir akan terjadi pada saat penutupan sejarah manusia; namun bukan diartikan dalam hari-hari atau waktu sebagaimana yang dipahami saat ini dengan perhitungan hari atau masa pergantian waktu dengan hitungan 24 jam; tapi adalah menunjuk pada suatu atau satu periode yang panjang; yang hanya diketahui oleh Tuhan.

Makna Hari Penghakiman:

  1. Sejarah dunia bukanlah sebuah proses yang tidak akan berakhir atau semata-mata perputaran tanpa makna, melainkan sebuah pergerakan menuju kesebuah sasaran.
  2. Hari penghakiman pada akhirnya akan menyingkapkan bahwa keselamatan dan berkat hidup kekal akan bergantung kepada relasi seseorang dengan Yesus Kristus.
  3. Hari Penghakiman yang tidak mungkin dapat dihindari menuntut pertanggung jawaban hidup setiap orang, dan menegaskan seriusnya pergumulan moral dalam kehidupan seseorang, khususnya orang-orang
  4. Hari penghakiman menyatakan kemenangan Allah yang tertinggi dari karya keselamatan-Nya di dalam sejarah, yaitu dengan diakhirinya dan ditaklukkannya secara mutlak segala kuasa kegelapan melalui penyataan kemenangan anak domba Allah yang telah disembelih; dengan kata lain kehendak Allah dinyatakan secara sempurna.
  1. Penghukuman kekal

Kondisi akhir pada akhir zaman yaitu; Penderitaan kekal atau sukacita kekal; yang ada di dalam Kristus akan menikmati berkat kekal dan yang tidak menerima Kristus akan di lemparkan kedalam penghukuman kekal yaitu neraka.

Ada pendapat yang menolak doktrin penghukuman kekal; terdiri dari pandangan universalirme dan anihilasi; Universalisme mengajarkan bahwa Neraka dan penghukuman kekal tidak sejalan dengan konsep kasih dan kemahakuasaan Allah; pandangan ini menganggap pada akhirnya semua orang akan diselamatkan; bahkan iblis dan setan-setan-pun akan diselamatkan. Sedangkan anihilasi mengajarkan : a.  manusia  pada hakikatnya diciptakan sebagai mahluk yang tidak dapat binasa, tetapi mereka terus hidup dalam dosa akan menjadi tidak kekal dan di anihilasi (ditiadakan), sedangkan  pendapat lain, manusia diciptakan sebagai mahluk yang tidak kekal. (kekekalan bersyarat).

Sedang bukti Alkitabiah tentang doktrin penghukuman kekal dapat ditelusuri dari:

  1. Ajaran dari Kristus di dalam: Mat. 5:22, 29-30; yang menunjuk pada gehenna (neraka); adanya api yang kekal (Mat. 18:8-9); neraka itu kekal – Markus 9:43 Neraka disebut sebagai api tak terpadamkan;  dapur api terdapat kertak gigi dan ratapan (Mat 13:41-42).
  2. Ajaran para Rasul: 2 Petrus 2:17 dan Yudas 13; tersedianya tempat bagi orang tidak percaya dan murtad yaitu dunia kekelaman untuk selama-lamanya; juga dalam Wahyu 14:10-11; api penyiksaan yang tiada berhenti menyiksa, sampai selama-lamanya
  1. Bumi yang Baru.

Kondisi Akhir dari orang percaya setelah ia mati adalah masuk sorga, meskipun terlebih dahulu mereka akan dikumpulkan dalam intermediate state (masa antara) dalam suasana sukacita; dan sukacita yang sempurna akan di dapat sesudah kebangkitan tubuh  dan terlaksana bumi yang baru sesuai anugerah-Nya.

Pentingnya doktrin Bumi yang Baru, untuk memahami::

  1. Kehidupan yang akan datang; kehidupan di sebuah tempat dalam sorga yang kekal.
  2. Secara tepat rencana penebusan Allah secara keseluruhan; yaitu Allah melakukan penebusan melalui Yesus Kristus karena menginginkan menyelamatkan manusia bukan secara individu tertentu melainkan  sejumlah besar manusia yang ditebus oleh darah-Nya; bahkan ke seluruh karya ciptaan Allah dari segala akibat dosa.
  3. Nubuat Perjanjian Lama dengan tepat; tentang masa depan yang penuh dengan kemuliaan.

Pemahaman tentang doktrin bumi yang baru adalah pemahaman yang tidak bisa secara harfiah seperti sebuah Gereja pada masa sekarang atau sorga dalam artian sorga itu jauh dari bumi, namun gambaran yang tepat tentang bumi baru harus dimengerti secara bahasa figurative yaitu tentang keadaan bumi yang Allah ciptakan sesudah Kristus datang kembali, bumi yang akan tetap ada selamanya dan bukan hanya ada untuk jangka waktu seribu tahun atau suatu masa/periode waktu tertentu; lebih jauh dalam bumi baru itu terdapat hal-hal/bentuk bentuk “baru” yang tak terduga; sehingga memahami Bumi baru yang dinubuatkan adalah dalam “terang yang benar.”

Gambaran Alkitab tentang bumi baru diantaranya:

  1. tidak lain dari pengembalian warisan bumi itu sendiri dengan mengembalikan fungsi taman eden sebagai pusatnya manusia menguasai seluruh bumi, sehingga manusia dapat memerintah atau berkuasa pada bumi dan segala isinya (Kej. 1:28)
  2. dihapuskannya akibat dosa, yaitu kematian, sehingga manusia dipulihkan dan diberikan tempat yang baru, sehingga manusia kembali diberi tugas dan pada masa itu manusia bisa memenuhi seluruh kehendak Allah untuk menguasai bumi; karena maut sudah dikalahkan.
  3. pembaharuan status atau sifat atau keadaan bumi yang sekarang ini ada dengan suatu penyucian; dengan dukungan: 2 Petrus 3:13; Wahyu 21:1; yaitu kosmos bukan sebagai neos tapi kainos (neos = baru dalam hal waktu atau dari sesuatu yg lama; sedang kainos = baru di dalam hal nature atau kualitas), sehingga bumi baru adalah kelanjutan dari bumi yang lama; yg secara ajaib akan diperbarui; Roma 8: 20-21; bahwa yang akan dibebaskan dari penderitaan atau perbudakan dosa adalah ciptaan yang sekarang ini, bukan ciptaan yang sama sekali baru.

Analogi antara bumi baru dengan kebangkitan tubuh orang-orang percaya; adalah menunjuk kita yang akan dibangkitkan dan kita pula yg akan hidup bersama-sama dengan Tuhan. Dan Allah tidak mengininkan penghapusan kosmos ini sebagai satu cara untuk menghilangkan dosa atau kecemaran yg dilakukan oleh Iblis yang menyesatkan manusia, karena dengan memusnahkannya berarti Allah telah gagal menciptakan Kosmos padahal dari semula adalah amat sangat baik.

Gambaran bumi dan langit baru, bisa dipahami dari Wahyu 21:1-4 yaitu  suatu gambaran/keberadaan  yang sangat indah, sebagai kainos, bukan sebuah alam ciptaan yang sama sekali baru, melainkan ciptaan yang sekarang ini ada, diperbaharui dan dimurnikan; meskipun ada kalimat” dan laut tidak ada lagi”; ini menunjuk secara figurative bahwa keberadaan laut saat ini lebih berfungsi membinasakan atau mengancam keharmonisan alam semesta, tapi lebih kepada sifatnya, bahwa laut masih ada dalam kualitasnya sebagai sahabat bagi manusia dan tidak lagi menimbulkan ancaman bagi kehidupan alam semesta; dan yang lebih menakjubkan adalah antara sorga dan bumi tidak lagi terpisah melainkan menjadi satu (Jadilah Kehendak-Mu di Bumi seperti di Sorga).

Dengan demikian doktrin Bumi yang baru haruslah memberikan pengharapan, semangat dan optimisme di zaman  yang penuh keputus asaan; dengan segala kejahatan yang tidak bisa dihindari manusia, menjadi suatu pengharapan penuh sukacita bersama Kristus dan diakhir sejarah maka manusia percaya akan melihat dan menikmati langit dan bumi baru serta keindahannya yang jauh melebihi dari yang sekarang dilihat/kelihatan dan sebagai pusat-Nya adalah anak domba Allah yang telah menebus dosa, menjadi yang sulung dari semua yang mati yang mengalami kebangkitan dan hidup yang kekal di sorga bersama Allah Bapa Sorgawi.

Apendiks.

Konsep Eskatologi Modern

Menurut Teolog Ritschl (Albrecht); Konsep utama tentang Kekristenan adalah Kerajaan Allah, seperti sebuah mata uang dengan dua sisi yang menyatu: Penebusan oleh Yesus Kristus dan Kerajaan Allah; demikianpun menurut Adolf von Harnack: Kerajaan Allah sebagai pemenuhan pemerintahan Allah di masa datang, tapi sekaligus sesuatu yang telah hadir pada masa sekarang ini;  Dodd juga mendukung bahwa: Kerajaan Allah itu telah hadir dan terwujud melalui pelayanan Yesus di dunia ini; sehingga yang penting dalam Eskatologi bukan sekadar peristiwa-peristiwa dimasa datang, melainkan realitas di masa sekarang ini.

Namun yang lebih penting sebagai doktrin hakiki Eskatologi adalah menyajikan pemahaman yang seimbang tentang Kerajaan Allah dan Askhir Zaman, hal ini dikemukakan oleh  Vos; bahwa Kerajaan Allah benar telah tiba di masa sekarang ini, tapi masih ada penggenapan kesempurnaan Kerajaan Allah dengan kedatangan kristus yang kedua sebagai kedatangan terakhir-Nya, untuk membangkitkan orang mati  dan melakukan penghakiman terakhir kepada orang percaya. Kesimpulan dalam mempelajari Eskatologi adalah:

  1. Konsep Eskatologi akan sangat mempengaruhi bagaimana kita memahami berita Alkitab; sehingga kita tidak dapat mengabaikan Eskatologi.
  2. Sekarang ini adalah zaman yang sudah berada di hari-hari akhir;
  3. perlu memahami bahwa penggenapan Eskatologi/Eskatologi yang genap mencakup di masa akan datang;
  4. Kerajaan Allah bersifat kini dan akan datang.

_____________

Daftar Pustaka:

  1. Alkitab dan Akhir Zaman (The Bible and the Future), by: Anthony A. Hoekema; Penerbit: Momentum,2004.
  2. Alkitab (LAI).
  3. Coming of the Kingdom; H.N Ridderboss

 

SoliDeoGloria

12112020

why


Categories